Aku melihat seorang ayah menggendong bayi yang masih sangat lemah ditengah- tengah kerumunan banyak manusia.Aku pun mendekatinya dan kulihat bayi itu tampak kelaparan , ia menangis digendongan ayah itu dan sepertinya bayi itu memerlukan banyak kasih sayang. Aku pun mengatakan pada ayah itu , " Bukankah bayi itu kelaparan , mungkin ia memerlukan susu untuk diminum, , " . Aku agak kaget melihat reaksi sang ayah saat kusampaikan pertanyaan itu, ia justru tampak tak peduli, mukanya tak mau menghadap kepadaku, ia hanya diam dan tak mengeluarkan sepatah katapun.
Selanjutnya aku melihat tindakan ayah yang lebih aneh lagi , ayah itu memplester mulut bayi agar tidak menangis, namun tanpa sepengetahuan orang, hanya aku yang melihatnya. Kemudian aku pun menanyakannya , " Kenapa kau berbuat jahat pada bayi itu, bukankah bayi itu memerlukan makanan ? ," .Lagi - lagi ayah itu terdiam dan hanya tersenyum seolah - olah tak terjadi apa- apa. Orang- orang disekeliling pun memandang baik pada ayah itu , meeka menyimpulkan bahwa ayah itu telah berbuat yang terbaik pada bayi itu .
Aku pun mulai sedih melihat pemandangan itu, bayi itu tampak menderita namun sang ayah justru tak peduli , bahkan sengaja untuk tidak mempedulikannya.Memang suasana tampak tak terjadi apa- apa , orang- orang melihat ayah itu sebagai seorang yang sangat baik dan tak ada kesalahan yang dibuatnya.
Kemudian aku pun berteriak pada ayah itu, " Ayah hentikan kejahatanmu, tidak kah kau takut pada Tuhan, jika tidak kau hentikan aku akan melaporkanmu pada orang- orang sehingga kau dihukum, ".
Karena teriakanku amat keras maka ayah itupun akhirnya berkata, "Â Tuhan???? , apa kau mengatakan Tuhan, aku tak takut Tuhan , Tuhan itu tak ada , nak , yang ada hanyalah politik, bukankah aku tampak baik- baik saja nak dan semua juga tak ada yang menuntut, lalu untuk apa aku mempedulikan bayi yang lemah ini, yang penting orang- orang memandangku baik , nak, "
Aku pun menangis melihat kata- kata ayah itu, perasaanku sangat galau karena berlawanan dengan naluri kemanusiaanku yang sedang dibantai. Aqal ku sungguh tak bisa menerima, akupun juga merasa gagal menjelaskan pada orang- orang bahwa apa yang dilakukan ayah itu hanyalah sebuah kebohongan dan kejahatan. Sehingga aku hanya bisa bersandar pada realitas dan menyaksikan pemandangan pahit itu seorang diri tanpa ada orang tahu," Betapa jahatnya hidup ini , " , kata- kataku dalam hati.
Sebelum aku pergi dari pemandangan itu , sang ayah pun menyampaikan kata- katanya , " Itu lah Politik , nak ,itulah kehidupan " .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H