Mohon tunggu...
Ridwan Adi
Ridwan Adi Mohon Tunggu... wiraswasta -

SATU spiritualitas..SATU Identitas...SATU kebenaran..SATU pengertian..SATU hati...SATU kesadaran...SATU kemanusiaan...SATU keyakinan...SATU AGAMA..,[ IALAH DIRIMU SENDIRI ]. It's Just About Yourself and for yourself...*HUMANKIND*

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Adab Berkomunikasi

13 November 2014   05:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:55 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mengambil referensi akhlak nabi Muhammad , bahwa beliau sang nabi jika berjabat tangan dengan seseorang maka tidak akan melepaskan tangan sampai orang yang berjabatan tangan dengan belaiulah yang melepasnya sendiri, seakan nabi sangat menghormati lawan bicara atau lawan komunikasi sehingga orang yang pernah bertemu dengan beliau ingin selalu kembali bertemu beliau karena merasa dihargai dan dimanusiakan. Bahkan Nabi akan mengantar tamunya sampai dipintu jika hendak berpisah  dan terus melihatnya, seakan membahasakan akan pentingnya sebuah empati.

Dalam berkomunikasi , penulis pribadi mengaku jarang menemukan orang yang memahami ini, kadang dalam chating saja kita tak bisa melanjutkan perbincangan karena terputus atau tidak dibalas oleh lawan bicara, kebanyakan yang saya temukan orang berkomunikasi hanya jika menguntungkan dirinya saja- jika ada kepentingan. Jika tak menguntungkan secara pribadi maka kebanyakan orang akan menghindari komunikasi. Terasa menyedihkan bagi seorang yang diabaikan dalam komunikasi , karena ia pasti akan merasa tidak dianggap atau tidak dihargai.

Ada banyak tokoh nasional yang kita anggap berilmu, namun saya pribadi merasa baru mendapatkan satu orang tokoh nasional berinisial ( AG ) yang betul- betul mampu berkomunikasi dengan baik . AG adalah tokoh yang sering mengadakan seminar di Asia, dan orang yang sangat sukses , namun segala kesuksesan dan ketenarannya tidak membuatnya jadi sombong, Justru ia seperti padi, semakin berisi semakin merunduk. Kebetulan saya pernah punya nomor kontaknya dan dua kali saya telpon , ia sangat ramah , seperti orang biasa saja , ia tidak menutup telponnya sampai saya sendiri yang menutup dengan kata- kata , " Maaf pak , telah mengganggu waktu bapak sebentar, Terima kasih atas bantuanya. , " . Saya pun merasa dihargai dan diterima. Padahal saat itu ia baru mengadakan seminar di Malaysia , dan juga saya juga bukan siapa- siapa yang pantas dianggap penting.

Tulisan ini mungkin menjadi bagian juga dari keprihatinan saya , disisi lain saya banyak menemukan  fakta lain, sedikit orang yang mampu menghargai komunikasi. Kadang saat kita menyapa tidak dijawab, atau banyak yang menutup pembicaraan sebelum pembicaraan selesai. Ini menjadi persoalan tersendiri yang seharusnya kita cermati.

Semoga bermanfaat..:)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun