Mohon tunggu...
Ridwan Adi
Ridwan Adi Mohon Tunggu... wiraswasta -

SATU spiritualitas..SATU Identitas...SATU kebenaran..SATU pengertian..SATU hati...SATU kesadaran...SATU kemanusiaan...SATU keyakinan...SATU AGAMA..,[ IALAH DIRIMU SENDIRI ]. It's Just About Yourself and for yourself...*HUMANKIND*

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Waspada Bunuh Diri

23 November 2014   04:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:05 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang pelaku bunuh diri kebanyakan berada diusian labil ( 17- 30 th ). Biasanya anak bungsu atau seorang yang hidup sendiri. Sebab- sebab bunuh diri biasanya adalah putus cinta, tekanan ekonomi, kegagalan bisnis dsb. Data ini saya peroleh melalui penelitian pribadi setelah beberapa tahun mengamati para korban bunuh diri.

Namun jika kita amati dari para korban, kebanyakan memiliki identitas yang sama, yaitu orang yang sebelumnya mengalami krisis mental yang berkepanjangan atau seorang yang mengalami tekanan jiwa yang sangat berat yang tak mampu dihalaunya. Namun bagaimanapun para korban adalah orang- orang yang rapuh secara kejiwaan yang memilih jalan putus asa dalam menghadapi persoalan.

Nah, dari kesimpulan itu kita bisa mendeteksi lebih jauh bahwa peristiwa bunuh diri memiliki kronologi yang panjang sebelum hal itu terjadi. Diawali dari kerapuhan jiwa seseorang yang kemudian menyebabkan adanya krisis kebahagiaan.

Seorang yang berada diusia cukup dewasa , diatas 30 th biasa terlepas dari ancaman bunuh diri karena mereka lebih stabil dalam mengelola emosi . Intinya bunuh diri tak menjadi ancaman bagi orang- orang yang kuat jiwa dan mentalnya.

Dari kesimpulan itu kita patut mewaspadai bahwa kerapuhan jiwa adalah sebab utama terjadinya bunuh diri . Sebaiknya kita mengantisipasi jika ada gejala- gejala tersebut terjadi pada orang- orang disekeliling kita , seperti anak- anak atau saudara kita. Membiasakan hidup terbuka dan mengedepankan rasionalitas dapat membantu mengantisipasi terjadinya  kemungkinan buruk tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun