Hampir seminggu sudah sejak berita pertama “wabah” Hepatitis menyerang kampus rakyat, Institut Pertanian Bogor. Berbagai berita muncul dari media baik elektronik maupun cetak mengabarkan kondisi ini keseluruh pelosok negeri. Buruknya sanitasi hingga dugaan adanya ‘santet’ menjadi headline yang mewarnai sebagian besar judul pemberitaan.
Tak sedikit dari pemberitaan-pemberitaan tersebut yang keliru. Penampilan foto lokasi yang bukan berasal dari kampus IPB, data yang tak terkonfirmasi, wawancara palsu yang ditampilkan ke publik menjadi sebagian kecil bagian buram dari pemberitaan ini. PIlihan kata media yang menyatakan apa yang terjadi di bumi IPB sebagai wabah hepetitis demi meraup besarnya perhatian publik dan perlombaan rating jjustru semakin memperburuk kondisi. Meskipun dinas kesehatan setempat telah menyatakan kondisi ini sebagai Kejadian Luar Biasa namun mediaa lebih menyukai redaksi wabah dalam pemberitaannya.
Pemberitaan yang keliru ini berdampak pada kepanikan masyarakat. Kepanikan ini bukan hanya dirasakan oleh keluarga mahasiswa, namun juga berdampak pada peminatan calon mahasiswa baru di kampus ini. Informasi dari media bukan hanya memunculkan kepanikan bagi masyarakat secara umum, namun juga mahasiswa IPB sendiri. Pemberitaan yang kurang tepat serta kepanikan dari keluarga mahasiswa menjadi tekanan psikis sendiri bagi mahasiswa kampus rakyat ini. Tekanan psikis ini kemudian berubah menjadi panic syndrome bagi mahasiswa. Panic syndrome ini memunculkan sugesti-sugesti dalam diri mahasiswa sehingga memperburuk kondisi kesehatan bahkan bagi mahasiswa yang awalnya sehat. Tak salah kiranya jika pemberitaan media disebut sebagai indikator yang mempercepat penurunan kondisi kesehatan mahasiswa IPB.
Saya selaku penulis mengucapkan terimakasih kepada media atas kepeduliannya yang telah peduli dengan kondisi kampus kami, apapun itu motif nya. Namun dengan segala kerendahan hati, saya selaku mahasiswa memohon kerendahan hati media untuk dapat menyajikan pemberitaan yang berimbang dan tepat sesuai fakta. Dan biarkanlah kami secara internal memaksimalkan usaha kami dalam menanggulangi masalah ini.
Terimakasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H