Penempatan tenaga kesehatan Indonesia di Saudi Arabia kini semakin atraktif dan dinamis. Jika sebelumnya layanan kesehatan hanya melirik tenaga perawat yang jumlahnya paling banyak dalam perekrutan, maka dalam dua tahun kebelakang mulai bergeser pada permintaan tenaga bidan untuk bekerja di beberapa rumah sakit dan klinik.
Jika melihat data jumlah perawat dan bidan Indonesia yang bekerja berdasarkan data sementara dari Dewan Pengurus Luar Negeri Persatuan perawat Nasional Indonesia (DPLN PPNI) Arab Saudi pada tahun 2024 mencapai 500-600 perawat. Adapun jumlah bidan menurut data sementara Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Saudi Arabia berjumlah 300-400 bidan.
Secara data memang tenaga perawat masih mendominasi, namun dari sisi tren perekrutan dan penempatan tenaga kesehatan terutama rumah sakit pemerintah dan swasta, tenaga bidan kian diminati. Banyak aspek yang mendukung penerimaan tenaga bidan untuk bekerja diantaranya tingginya minat layanan kesehatan di Saudi Arabia dalam merekrut tenaga perempuan serta berkurangnya penempatan tenaga profesional laki-laki untuk mengisi layanan rawat jalan.
Ada hal menarik jika kita ingin tahu lebih mendalam fenomena ini salah satunya ruang lingkup pekerjaan yang bisa dilakukan profesi bidan diantaranya mengisi layanan rawat jalan, layanan di ruang obstetric dan genecology serta dapat menjadi asisten perawat. Bidan cenderung dapat melaksanakan praktik kebidanan pada semua ruangan baik bersama pasien laki-laki maupun perempuan. Fleksibilitas pekerjaan memungkinkan mereka untuk bekerja pada layanan yang dibutuhkan.
Selain itu, klasifikasi tenaga bidan telah mendapatkan pengakuan dari Saudi Commission for Health Specialties (SCFHS) atau lembaga akreditrasi dan evaluasi tenaga medis dan kesehatan untuk dapat melaksanakan praktik kebidanan sesuai dengan keilmuannya. Setidaknya ada 3 klasifikasi yang terdaftar yaitu health asisten, bidan technician dan bidan specialist.
Perbedaan tiap klasifikasi didasarkan pada latar belakang pendidikan seperti lulusan sekolah menengah atas yang diklasifikasikan sebagai health asisten, lulusan diploma kebidanan sebagai bidan technician serta lulusan sarjana terapan kebidanan dan sarjana kebidanan sebagai bidan specialist.
Untuk menjadi bidan yang teregistrasi, maka tenaga bidan juga perlu melaksanakan ujian kebidanan untuk mendapatkan professional registration sebagai Registered Midwife (RM). Adapun passing grade kelulusan diantaranya untuk klasifikasi sebagai health asisten diharuskan untuk mengerjakan 100 soal berbasis komputer dengan skor kelulusan yaitu 45%. Sementara bidan technician 55% dari 150 soal dan bidan specialist 150 soal dengan skor 60%.
Materi ujian juga berbeda namun masih dalam satu rumpun ilmu kebidanan seperti postpartum, gynecology, intrapartum dan antepartum care. Ada juga kisi-kisi utama seperti antenatal care, professional ethic, patient safety, konseling dan edukasi serta hal-hal yang berkaitan dengan newborn dan farmakologi dalam kebidanan. Ini untuk tenaga bidan technician dan specialist, sedangkan health asisten hanya mengerjakan ujian dengan materi kesehatan dasar.
Dari penjelasan diatas, maka tren banyaknya permintaan tenaga bidan ke Saudi Arabia tidak lepas dari adanya area pekerjaan perawat yang memang bisa dilakukan oleh tenaga bidan serta pengakuan profesi bidan pada sistem kesehatan di Saudi Arabia. Selain itu, lulusan kebidanan memang rata-rata perempuan sehingga matching dengan kebutuhan akan tenaga kesehatan perempuan yang cenderung lebih banyak direkrut oleh layanan kesehatan di Saudi Arabia.
Namun dari semua aspek tersebut, ada keterbatasan dalam melaksanakan praktik kebidanan jika dibandingkan dengan tenaga keperawatan salah satunya lingkup kerja yang hanya pada rawat jalan dan ruang kebidanan. Adapun perawat masih dapat mengisi banyak pos perawat seperti rawat inap, gawat darurat, intensif care unit serta area critical lainnya yang berkaitan dengan hemodialisa, homecare, occupational health dan emergency medical service.