Mohon tunggu...
Akhir Fahruddin
Akhir Fahruddin Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

Live in Saudi Arabia 🇸🇦

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Ini Beda Putus Pacar dan Gagal Ta'aruf

10 Januari 2021   23:00 Diperbarui: 10 Januari 2021   23:02 1338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Sumber foto : Start FM

Dunia percintaan memang tidak ada habisnya untuk dibicarakan. Semua kita yang pernah mengalami masa-masa indah di bangku sekolah hingga kuliah pasti merasakan bagaimana indahnya cinta yang terbalut dalam jalinan pacaran. Namun itu sebagian dari mereka yang menjalani masa-masa itu, akan tetapi ada sebagian yang memang tidak mengalaminya.

Mereka-mereka yang tidak pacaran pada saat sekolah lebih memilih menjadi manusia bebas, lurus dan taat. Tipe semacam ini biasanya menjalin asmara melalui taaruf atau pendekatan secara islami diantara dua pasangan untuk mengenal satu sama lain. Pendekatan ini akan terlihat kolot bagi mereka yang memilih jalur pacaran. Wajar, namanya juga pilihan hidup.

Memutuskan untuk taaruf bukanlah perkara mudah, karena godaan untuk dekat dengan lawan jenis tetap menjadi ketertarikan sendiri sebagai manusia normal, apalagi harus menjaga diri untuk tidak terjebak dalam pergaulan bebas yang berujung pada prilaku seksual yang marak terjadi. Pilihan taaruf karena lebih disyariatkan berdasarkan tuntunan agama.

Pacaran menjadi hal lumrah untuk dibicarakan sebaliknya taaruf seolah tabuh untuk didiskusikan. Mengapa demikian? Karena mayoritas anak-anak sekarang lebih memilih pacaran untuk bisa dekat dengan lawan jenis ketimbang taaruf yang lebih selektif, ekstra sabar dan penantiannya lama. Hanya mereka yang memiliki daya tahan dan mampu bersabar untuk mengikuti taaruf sebagai pilihan pencariannya.

Jika putus pacar, maka anak-anak sekarang akan lebih memilih mencari pacar baru, sebuah langkah maju untuk meninggalkan kegalauan. Berbanding terbalik dengan mereka yang akan menjalani taaruf, ada ritual khusus agar data diri mereka diterima oleh lawan jenis melaui perantara yang ada. Doa-doa akan menggema dalam 1/3 malam juga dalam sholat wajib, puasa mulai dilakukan hingga infaq dan sedekah dilaksanakan. Sebuah rancang bangun dalam memulai usaha untuk mendapatkan penerimaan yang baik nantinya.

Bagaimana jika gagal taaruf ? ini jarang menjadi perbincangan, karena mereka yang gagal taaruf akan merahasikan hal ini. Hanya orang-orang tertentu yang mengetahui, misalnya ustadz atau ustadzah. Sebagaimana keberhasilan, gagal pun memberikan reaksi secara psikologis. Tahap mengingkari biasanya terjadi saat gagal taaruf, akan tetapi kecil sekali kemungkinan untuk dilanjutkan ke tahapan marah. Mereka yang gagal taaruf biasanya akan kuat dalam tahapan penerimaan atau acceptance.

Pada tahap ini, dibutuhkan keikhlasan sekaligus penerimaan bahwa kegagalan merupakan hal biasa. Mungkin ada hal-hal yang dirasakan kurang saat data diri diajukan, bisa jadi prihal pekerjaan, penyakit yang diderita atau kematangan dalam berumah tangga. Faktor lain seperti pendidikan memang berpengaruh, namun sebagian kecil saja, faktor-faktor lain seperti suku, ras dan asal pasangan juga berpengaruh dalam penerimaan satu sama lain.

Jika putus pacar rata-rata diakibatkan oleh sikap yang kurang perhatian, tidak ramah dan jarang mengungkapkan perasaan cinta terhadap satu sama lain, maka gagal taaruf lebih karena faktor-faktor yang penulis jelaskan diatas. Putus pacar lebih pada hal-hal yang bersifat jangka pendek sedangkan gagal taaruf lebih pada sifat jangka menengah dan panjang.

Seorang akhwat yang dekat dengan penulis pernah gagal taaruf karena faktor beda suku. Ini menarik sebagai bahan cerita, sebab pengaruh orang tua kadang membuat akhwat tersebut ragu, apakah suku tertentu akan sebaik sukunya dan apabila mengambil suku berbeda akan membuat keluarga menjadi tidak harmonis. Padahal pada kenyataannya, perbedaan suku bukanlah hal yang perlu ditakutkan, ini hanya persoalan persepsi dan pengaruh dari orang lain saja.

Berbeda dengan ikhwan yang juga dekat dengan penulis. Dirinya ragu menerima akhwat karena dalam kenyataannya, dia dihadapkan pada dua pilihan wanita yang sama-sama mengirimkan data diri. Banyak faktor yang dipertimbangkan terutama latar belakang pendidikan, suku dan kemampuan akhwat dalam ilmu agama. Cara terbaik yang ikhwan tersebut lakukan adalah sholat. Hanya dengan bermunajat kepada sang Pencipta, dirinya berharap diberikan pilihan untuk dapat memilih yang terbaik diantara akhwat yang baik tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun