Misi utama tersebut teraktualisasi dalam semangat sumpah pemuda pada tanggal 28 Okober 1928 serta proklamasi tanggal 17 Agustus 1945. Pesimistis untuk terlepas dari jeratan para penjajah sangat besar namun para pendiri bangsa optimis bahwa semangat mereka adalah jalan satu-satunya menuju gerbang emas kemerdekan. Sebuah semangat yang harus kita bina dan pupuk saat ini dengan perjuanagan dibidang pendidikan, kesehatan, ilmu pengetahuan serta penelitian yang berbasis pengembangan kemasyaraatan.
Hingga diusianya yang ke 74 tahun, bangsa kita masih memiliki hutang yang belum dibayar kepada rakyat Indonesia itu sendiri, hutang dari janji memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, menjaga ketertiban dunia dengan dasar pancasila. Hutang itu hingga saat ini masih utuh dalam alinea ke 4 UUD 1945 dan belum terbayarkan dalam lingkup kesejahteraan bangsa dalam segala bidang terutama bidang ekomomi, pendidikan, kesehatan serta kedaulatan bangsa.
Di dalam bidang ekonomi bangsa kita masih dijerat oleh pihak asing dimana kekayaan alam dikelolah oleh pihak luar sementara ampas diberikan kepada rakyat, dalam bidang pendidikan kesejahteraan, kualitas dan pemerataan tenaga kependidikan masih belum maksimal, dibidang kesehatan juga demikian masalah kesejahteraan tenaga kesehatan masih membutuhkan peningkatan.
"Masih adakah orang jujur di negeri ini, masih ada tapi mereka tidak bersuara,
Masih adakah orang waras dinegeri ini, masih ada tapi mereka tiada berdaya,
Masih adakah orang berakhlak dinegeri ini, masih ada tapi mereka tidak berwibawah,
Masih adakah orangg ikhlas di negeri ini, masih ada tapi mereka dianggap tiada,
tapi tak ada cerita putus asa, kita ini sedang berperang dan perang harus dimenangkan"
Demikian sepenggal puisi "ketika Indonesia dihormati dunia" karangan Taufiq Ismail. Puisi itu adalah cerminan bahwa pemeliharaan semangat harus tetap dijaga. Meski babak sejarah telah dilewati bangsa Indonesia mulai dari orde lama, orde baru, hingga reformasi. Akan tetapi dengan pergantian babak sejarah tersebut tidak menghindari para penyelenggara Negara untuk membayar hutang kemerdekaan pada rakyat Indonesia.
Pesan kepada penyelenggara Negara
Momentum bersejarah pada Agustus tahun ini harus membawa makna pada peningkatan kesejahteraan masyarakat di segala bidang. Kritik dari masyarakat adalah wadah untuk berbenah para penyelenggara Negara untuk benar-benar berkerja sekuat tenaga membangun bangsa. Di era kemerdekaan para pemimpin memotivasi masyarakat nya dengan kata-kata tapi di era reformasi ini kata-kata harus selalu memberikan makna dari setiap pemimpin Negara yang diiringi dengan kerja nyata di masyarakat. Hutang kemerdekaan harus segera dilunasi, janji kemerdekaan harus ditepati, para penyelenggara Negara harus menanamkan rasa malu terhadap masalah utama bangsa hingga pada penguatan keimanan para pemimpin Negara.
Bonus demografi Indonesia begitu besar, kekayaan alam begitu luas. Hal ini menandakan bahwa sumber daya manusia kita kedepan begitu besar, sumber daya alam kita begitu banyak, tapi saat ini fokus kita adalah bukan pada pengelolaan material saja berupa penggalian sumber kekayaan Negara tapi fokus utama kita adalah pada pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia Indonesia.
Seorang filsuf Perancis Ernest Renan 1882 mengungkapkan bahwa bangsa adalah jiwa, suatu asas kerohanian yang timbul dari dua hal yaitu kemuliaan bersama di waktu lampau dan keinginan untuk hidup bersama di waktu sekarang dalam bingkai solidaritas.
Pernyataan Renan tersebut merupakan isyarat bagi warga Negara untuk bersedia memberikan pengorbanan terhadap eksistensi bangsanya demi kelangsungan hidupnya melalui kesadaran moral untuk menjadi satu dalam wadah kebersamaan. Oleh karena itu, kemerdekaan Indonesia adalah bagian dari kesadaran moral anak bangsa. Kesadaran untuk berlepas diri dari penajajahan, mandiri dan mengolah bangsanya sendiri. menjadi bangsa berarti memiliki kebrsamaan, bahu membahu dan menciptakan kehidupan yang baik bagi bangsa ini. (Mendidik Indonesia.2014).
Pada akhirnya, dirgahayu Indonesia, terbanglah garuda dan tunjukkan kepada dunia bahwa kita suatu saat akan menjadi apa yang bangsa lain tidak temukan dari bangsa mereka.