Mohon tunggu...
Akhir Fahruddin
Akhir Fahruddin Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

Live in Saudi Arabia 🇸🇦

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Perawat dan Fenomena "Ners"

4 Agustus 2019   09:29 Diperbarui: 4 Agustus 2019   09:31 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika dulu di Saudi Arabia, saya selalu berdiskusi dengan beragam teman dari berbagai negara. Diskusi kadang mengalir begitu saja saat di bus menuju tempat kerja, kadang pula selepas dinas, atau saat berlibur dan makan di sebuah restoran yang menjadi langganan kami biasanya.

Teman-teman dari Philipina lebih welcome dengan perawat Indonesia, selain bertetangga  juga karena berasal dari ras yang sama di kawasan Asia Tenggara. Di tempat kerja, teman-teman dari Philipina lebih enak diajak kerjasama dalam bekerja, menukar shift atau liburan. 

Berbeda dengan perawat India yang lebih sering menyendiri, menelpon keluarga setiap hari, bahkan jarang ada waktu untuk bisa berdiskusi panjang lebar. Mereka lebih senang berdiskusi masalah film india yang sering ditonton masyarakat Indonesia.

Tema diskusi beragam, namun yang paling saya ingat saat itu adalah diskusi tentang sistem keperawatan. Di Philipina misalnya, sarjana keperawatan ditempuh selama 4 tahun dengan licence exam bertaraf internasional, adapula acociate nurse namun hanya diambil dalam kurum waktu 2 tahun untuk dipersiapkan menjadi caregiver.

Teman-teman Philipina umumnya setelah menyelesaikan study, mereka mencari kerja di negaranya selama 1-2 tahun untuk persiapan bekerja di luar negeri. Kadang apply kerja di timur tengah sebagai batu loncatan untuk mengambil pengalaman kerja agar bisa menembus Eropa. 

Mengapa demikian? Mereka menyadari bahwa di dalam negeri, jangankan menabung, mencukupi kebutuhan sendiri juga terbatas, mereka rata-rata mengincar luar negeri. Saat ini hampir 80% tenaga perawat di Saudi berasal dari Philipina.

Di India, sistemnya sama dengan Indonesia yang masih memakai sistem D3 atau diploma in nursing, hanya saja untuk sarjana keperawatan tetap 4 tahun. Perawat dari D3 ke D4 levelnya sama dengan S1 asalkan lulus board exam bertaraf internasional yang soalnya sangat sulit sekali. 

Teman india berujar, dari sejak SD hingga kuliah, guru atau dosen mereka selalu menanamkan semangat agar mereka bekerja di luar negeri, karena tidak hanya belajar bagaimana menjadi mandiri tapi juga kiriman uang dari luar negeri akan menambah devisa bagi negaranya. Di Saudi, perawat India menempati urutan kedua dari persentase perawat yang bekerja.

Saat saya menjelaskan sistem di Indonesia, mereka banyak bertanya. Seolah tidak percaya bahwa sarjana keperawatan dengan licence ditempuh dalam waktu 5 tahun. Saya menjelaskan bahwa waktu belajar 4 tahun di Indonesia disebut BSN Candidate (Calon Sarjana) bukan BSN (Sarjana Keperawatan)layaknya di negara mereka. 

Lantas ketika ditanya cara mendapatkan licence, saya menjelaskan bahwa sistem mengharuskan kita menempuh clinical study selama 1 tahun baru kemudian mendapatkan licence dengan terlebih dahulu melewati ujian bertaraf nasional.

Diskusi ini menarik sebenarnya untuk diceritakan, agar kita bisa memaknai, memberi kritik atau sekedar menggali sistem keperawatan yang ada di Indonesia. Saya tidak bermaksud bahwa sistem kita tidak baik tapi kadang kekurangan yang ada membuat kita bertanya dan merenung mengapa harus lama sekali menempuh pendidikan keperawatan di negara ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun