Bahwa tanpa kita sadari kesalahan fatal telah dimulai dari kelas-kelas kita di sekolah dasar. Sehinga berdampak secara sistematis pada lulusan Perguruan Tinggi yang merasa tidak siap menerima kenyataan dunia kerja yang kompetitif.
Semakin kedepan akan semakin dibutuhkan SDM berkopetensi tinggi untuk bisa beradaptasi dengan banyak perubahan. Sehingga kehadiran KM menjadi sebuah esensi krusial atas jawaban kebutuhan kekinian zaman yang penuh persaingan.
Keunggulan KM, belajar esensial-menjadi solusi bahwa tak semua anak dianggap "kurang pandai" jika hanya paham ilmu sosial dan minim sains. Begitu juga sebaliknya memahami sains tak juga menjadi ukuran satu-satunya untuk disebut "cerdas".
Bahwa memahami materi pelajaran secara esensi adalah kata kunci penting.
Bagaimana mengaplikasikan pemahaman bahasa asing, mengaplikasikan akuntansi  dasar dalam kehidupan nyata.Demikian juga Profil Pelajar Pancasila. Tak hanya berusaha mengembalikan kembali nilai-nilai yang dibangun dari norma dan tradisi bangsa melalui Pancasila, berdasar Ketuhanan, atau gotong royong sebagai kekuatan yang menjadi ciri bangsa Indonesia dalam kehinekaannya.
Profil ini mendorong terbangunnya karakter-karakter yang kemudian kami terjemahkan salah satunya dari sisi kreatifitas-merdeka belajar..
Mencoba Rasanya Jadi Peneliti
trip and adventure.
Mendengar kata research, data, kompilasi, statistik membuat sebagian anak-anak alergi. Namun dalam konsep yang disederhanakan, penelitian menjadi sebuah petualangan. Seperti halnya,Kelas berisi anak-anak yang berpikiran kritis setelah dipancing dengan diskusi berjam-jam pelajaran pada akhirnya melahirkan kelompok-kelompok dengan ide "petualangan" masing-masing, sains dan sosial.
Beberapa bahkan mewujudkan dalam sebuah formasi kreatif berupa konsep hunting esai foto yang mencoba membawa pesan humaniora---menelusuri kota mencari objek yang dapat memberikan nilai baik bagi banyak orang tentang kegigihan, kekuatan, rasa sosial, dan kemanusian.
Begitu juga dengan tim kecil yang meminati film---mencoba mengeksplore realita apa adanya dan menjadikanya sebuah film. Sebuah gagasan film dokumenter kecil---Di Laut Ada Kiblat, mencoba memotret pemahaman tentang agama yang dianggap "pelengkap" di dunia para nelayan, Â menjadi sebuah cerita menyentuh hati.
Nelayan-nelayan pejuang laut yang setiap hari berjibaku dengan maut, ternyata tak pernah melupakan sajadah mereka di laut, ketika dianggap oleh banyak orang, laut luas tak bertepi "tak memiliki" kiblat.
Di laut ada kiblat hanya ingin meyampaikan sebuah pesan sederhana, bahwa dimanapun kita harus selalu ingat dengan Tuhan.
Shalat menjadi sebuah aktifitas yang tak pernah ditinggalkan para kru. Ini bukan karena kita bicara Aceh saja, namun ini sebuah---tradisi yang dibangun para nelayan. Segala risiko ternyata diimbangi dengan cara mendekatkan diri pada yang Maha Kuasa.