Pendidikan, dua fase jalan menuju pembebasan manusia yang permanen. Pertama ketika manusia sadar pembebasannya, Kedua, ketika praksis menjadi jalan merubah kesadaran itu. Paulo Freire
Kurkulum Merdeka (KM) membawa dinamika baru dehumanisasi, memanusiakan manusia. Mantra Paulo Freire, tentang pendidikan yang membebaskan. Tentu saja dengan melibatkan pendidik, peserta didik dan lingkungannya.
Saya lebih senang jika orang menyebut kontribusi kecil ini berasal dari sosok "guru terbang". Tentu saja bukan jenis orang super, meski "bisa" terbang. Semua aktifitas digerakkan idealisme agar terus menjadi "manusia pembelajar".
Hari ini kelas tambahan, kami buka dengan diskusi yang bahan-bahannya sudah kami sepakati sehari sebelumnya. Setiap siswa boleh membuat tim, dan masuk dalam tim yang disukai menurut minatnya.
Ini salah satu bukti yang menarik dari keunggulan KM, learn more esensial dan membebaskan kreatifitas!. Kami kemudian mewujudkannya dengan mengajak para siswa mengeksplore lebih jauh tentang banyak hal melalui sebuah penelitian sederhana, apapun bentuknya.
Tim yang lahir di kelas lapang, setelah diskusi intens, mencakup isu-isu yang sangat menarik menurut versi anak-anak. Ini sebagai pengembangan dari materi pembelajaran tentang inovasi dalam pelajaran kewirausahaan dan sains.
Termasuk ide merubah kresek menjadi solar, membuat monster bin tas ulang pakai. Bahkan para siswa menciptakan alat tambahan berupa toe cap sebagai komponen pengaman sepatu untuk keselamatan berkendara.
Seru dan tak terduga ide-idenya. Meskipun harus diakui bahwa gagasan seperti ini semestinya memang tak harus menunggu lahirnya KM, tapi dalam kenyataannya, kelahiran gagasan itu justru ketika kami mulai menerapkan keunggulan dari KM
Belajar pada esensi keilmuan, kreatifitas dan kemudahan menggunakan kurikulum. Ternyata poin-poin penting dari kebijakan KM, seperti ditiadakan jurusan, waktu yang lebih fleksibel, termasuk urusan minat bakat yang lebih terarah, sangat menarik.
Semuanya menunjukkan keunggulan- keunggulan langsung dari kebaradaan KM sebagai kurikulum yang lahir dari kondisi darurat pandemi. Pandemi menjadi "kompas" penunjuk solusi ketertinggalan dunia pendidian kita. Tak hanya itu KM ternyata juga dianggap dapat menjadi solusi memutus mata rantai persoalan pendidikan kita yang tak link and match dengan dunia kerja.