Jika kita cermati saat berlangsung sidang live di banyak stasiun televisi swasta, selalu saja ada "perusuh" iseng yang masuk di kolom komentar. Para buzzer mengunggah konten nyaris setiap beberapa detik, sebagai bentuk "serangan", setiap kali muncul komentar menyerang Ferdy Sambo.
Tak hanya itu, para buzzer yang pada dasarnya bekerja secara terus menerus hingga tujuannya tercapai, tak mengenal istilah lelah. Bahkan dalam forum chat itu, mereka juga berinteraksi aktif melakukan serangan dan balasan sekaligus.
Kontennya seringkali membuat para pengunjung sidang live itu terpancing hingga menjadi sangat sangat emosional. Dalam sidang termutakhir ketika para terdakwa hadir bukan dalam kapasitas sebagai saksi, kerja para buzzer itu semakin masif.
Siapa berada di belakang barisan buzzer-buzzer itu?. Apakah kubu Ferdy Sambo, simpatisannya, atau pihak ketiga yang berkepentingan dengan Sambo selama ini.
Apakah tindakan menggunakan jasa buzzer dalam konteks mengkounter isu atau pendapat publik yang terindikasi berseberangan dengan kubu sambo dapat dikategorikan sebagai bagian dari kejahatan?.
Ganggu Fokus
Pada saat penayangan persidangan sambo sebagai terdakwa, awalnya saya fokus mendengarkan tanya jawab antara hakim dan terdakwa untuk membongkar fakta-fakta temuan dalam persidangan. Setelah beberapa menit berlalu, fokus berganti ke layar bagian kanan yang biasanya disediakan oleh pihak televisi penyelenggara acara live streaming untuk kolom komentar.
Tak berapa lama, yang terjadi justru perang komentar antara seseorang dengan inisial psudonim, karena namanya aneh untuk "rasa bahasa" Indonesia.
Setiap dua atau tiga detik, Van Bla-Bla mengeluarkan konten komennya hanya dengan satu jenis redaksi seperti . Luar biasa, sambo adalah pahlawan keluarga-demi jaga harkat martabat ia rela berkorban demi anak istrinyanya. Ia akan mengirim pesan itu berulang-ulang tak terhitung jumlahnya. Hampir bersamaan dengan setiap pesan lain yang masuk.
Selalu dan terus begitu, ada kalanya dalam sedetik ia mengeluarkan komennya. Beberapa pengunjung yang terpancing kemudian mengomentari sebagai ODGJ, tapi dengan tangkas dan cepat ia akan membalas.
Buzzer dan Influencer
Buzzer umumnya menggunakan jasanya sesuai orderan untuk mengirim pesan-pesan sesuai kebutuhan.
Ia tidak akan berhenti hingga maksud dan tujuannya tercapai. Apapun akan dilakukan untuk memenuhi orderan atau kepentingan orang yang membayarnya. Maka tidak heran jika mereka begitu agresif. Perilaku mereka sering memancing perhatian dengan tujuan mengalihkan perhatian pengunjung pada fokus yang berbeda.
Mereka berusaha menganggu persepsi kita dengan pesan-pesan yang beda sudut pandang. Mereka bisa bekerja  sendiri  atau tim, tanpa tergantung pada seberapa banyak pengikut.Â
Sedangkan influencer mengandalkan dukungan dari para pendukungnya. Melalui jasa para pendukungnya itulah pesan-pesan yang disampaikannya dengan cepat dapat terkirim ke sasaran yang lebih luas.
Influencer umumnya seseorang yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi orang lain. Hal ini karena influencer memiliki otoritas dan hubungan yang mendalam dengan pengikutnya.
Influencer juga bisa dikatakan sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan, wawasan, atau pengaruh tersendiri terhadap suatu bidang atau industri tertentu. Mereka menjadi trend-setter dan memiliki "suara" yang powerfull untuk mempengaruhi audiens atau pengikut mereka.
Kredibilitas influencer berasal dari konten-konten personal yang mereka ciptakan di sosial media, seperti Facebook, Twitter, Instagram, YouTube, TikTok, LinkedIn, bahkan di Podcast. Platform sosial media menjadi saluran komunikasi yang mereka gunakan untuk mempengaruhi dan berinteraksi dengan para pengikut mereka.
Kontrol Sosial
Dalam kasus Sambo kehadiran para buzzer ini memang ditujukan untuk mengacaukan fokus. Dalam kasus persidangan yang telah berlarut dan menyita waktu kita, publik juga punya peran sebagai kontrol sosial.
Meskipun tidak secara langsung dapat mempengaruhi penilaian dan keputusan hakim, namun dapat menjadi alat atau bahan pertimbangan. Publik menjadi alat kontrol agar persidangan tidak berubah arah atau dapat distir untuk kepentingan tertentu. Salah satunya  membuat terdakwa pelaku kejahatan bisa bebas atau mendapat hukuman yang ringan.
Di masa-masa menjelang akhir persidangan, apalagi para tersangka telah dihadirkan sebagai terdakwa bukan lagi sebagai saksi, pertarungan untuk sampa pada keputusan akhir menjadi semakin sengit. Maka buzzer pun diturunkan untuk ikut menganggu konsentrasi publik.
Setidaknya kita harus waspada, agar tak terpancing apalagi sampai bertindak emosional. Ibarat kata, mereka tak akan terpengaruh apapun kondisi emosi kita, karena itulah pekerjaan mereka, bekerja untuk sebuah kepentingan yang harus mereka bela. Tak peduli benar atau salah!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H