Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

207 Hari Menyambung Nyawa Di Belantara

12 Januari 2023   00:24 Diperbarui: 15 Januari 2023   01:25 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agresi dimaksudkan agar menjadi pertimbangan ulang bagi negara-negara yang mengakui kedaulatan Indonesia, tapi ternyata belum mampu mempertahankan dirinya sendiri, karena ketiadaan kekuatan secara militer maupun sumber daya untuk mengurus sebuah negara.

Padahal niat sebenarnya dari Agresi ke II selain menolak mengakui kemerdekaan Indonesia, karena berharap bisa mengusulkan  Indonesia menjadi negara persemakmuran (commonwealth) berbentuk federal yang memiliki pemerintahan sendiri, tetapi menjadi bagian dari Kerajaan Belanda.

Untunglah kecerdikan para pemimpin kita dengan membentuk PDRI sebagai perpanjangan tangan menjaga tetap adanya pemerintahan menjadi bukti bahwa Republik Indonesia masih eksis. Peran SDM dan kekuatan strategi politik para pemimpin kita di tengah prahara kemerdekaan yang butuh pengakuan dan masih harus dipertahankan menjadi begitu krusial.

Bahwa keberadaan Pusat Pemerintahan meskipun darurat, adalan bukti sah masih adanya penguasa negara yang telah dideklarasikan kemerdekaannya. Artinya klaim sepihak dari Belanda melalui agresi yang menyebut bahwa Indonesia bubar, adalah klaim yang disengaja sebagai bentuk agar pengakuan itu hilang.

Padahal logikanya, Indonesia bukan hanya Jakarta atau Jogja atau Pulau Jawa. Ketika daerah-daerah itu jatuh, sementara Pusat Pemerintahan dengan kelengkapan kabinetnya masih eksis, meskipun jauh di Bukittinggi, bahkan dalam wujud gerilya, maka klaim itu dengan sendirinya batal.

Bukankah Bukittinggi, Sumatera Barat masih bagian dari Indonesia?. Belanda barangkali melupakan fakta dan strategi Pemerintahan yang dapat berpindah tempat. Belanda tidak belajar dari peristiwa beralihnya pusat pemerintahan, beserta kabinetnya dari Jakarta ke Yogyakarta.

Proklamasi Dan Pengakuan Kedaulatan

Seorang markonis, F. Wuz masuk ke ruang radio dan mulai menyalakan mikrofon, langsung membacakan berita proklamasi Indonesia yang baru diterimanya. Ketika hendak membaca ketiga kalinya, sepasukan Jepang masuk mendobrak studio dan marah-marah, karena tahu ulah Wuz berita proklamasi telah tersiar ke luar melalui udara.

Mengapa proklamasi penting di beritakan?, dan apa korelasinya dengan peristiwa kelahiran PDRI di Bukittinggi?. Dengan cara itulah kemerdekaan kita bisa diketahui oleh bangsa lain. Ini menjadi alasan pertama, mengapa Indonesia kemudian menyiapkan Pemerintahanannya sebagai kelengkapan sebuah negara.

Dan perangkat itu menjadi alasan mengapa Belanda begitu kukuh untuk merebutnya melalui Agresi Militer ke II, menghancurkan ibukota dan menangkap para pimpinan negaranya, agar negara kembali vakum dan tidak berdaulat.

Tahun 1946 tepatnya 22 Maret, hampir setahun setelah proklamasi, Mesir mendirikan Komite Pembela Kemerdekaan Indonesia.  Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kedaulatan RI.

Bahkan menurut versi sejarah lainnya, Palestina merupakan negara pertama yang mendukung RI merdeka dari para penjajah pada 1944, setahun sebelum merdeka. Hal ini disampaikan Zein Hassan melalui buku Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri.

Jejak Mesir kemudian diikuti Otoritas Katolik di Vatikan yang mendukung pengakuan kemerdekaan Indonesia pada 6 Juli 1947. Dukungan Vatikan ditandai dengan pembukaan kedutaan Vatikan yang disebut Apostolic Delegate. Diikuti oleh beberapa negara lainnya, termasuk Australia, yang  mengakui kemerdekaan Indonesia secara resmi pada 27 Desember 1949.

Bukittinggi Sebagai Penyambung NKRI

Selain peran tokoh, tempat, proses sejarah yang berkelindan didalamnya sebagai satu kesatuan sejarah adalah sebuah parafrase sejarah yang sangat menarik. Hanya saja sejarah seperti menjadi potongan-potongan mozaik yang tidak utuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun