Menuju Sistem Energi Dan Ekonomi Nir Karbon
The nation that leads in renewable energy will be the nation that leads the world--James Cameron
Menurut Michael Backman dalam bukunya yang provokatif, Asia Future Shocks, biang keladi masalah migas Indonesia adalah tingginya konsumsi minyak domestik karena besarnya subsidi pemerintah atas harga eceran bensin dan mitan.Â
Upaya menjaga kelangsungan konsumsi energi fosil-migas, menjadi sangat dilematis. Persoalan latennya tidak lain, pertumbuhan demografi, dan implikasi konsumsi energi yang bertambah di sektor dominan transportasi, industri, rumah tangga, publik, dan bisnis.
Pekerjaan rumah kita tak lagi hanya sekedar memikirkan ketersediaan energi untuk menggerakkan roda perekonomian, namun juga membutuhkan model Tujuan Pembangunan Berkelanjutan-TPB, (Sustainable development Goals (SDGs). Wacana yang telah bergulir dan diinisiasi secara global sejak 2015.
Tantangannya besar, karena berbiaya besar, dan mencakup 17 tujuan, 167 target serta 232 indikator yang harus dipenuhi pada 2030 mendatang.
Institute for Essential Services Reform (IESR) mencatat, kebutuhan investasi untuk mengembangkan Energi Baru dan Terbarukan (EBT), mengejar dekarbonisasi atau netral karbon, pada tahun 2030 sampai tahun 2050, diperkirakan mencapai US$ 45 miliar hingga US$ 60 miliar.