Barangkali tak banyak orang tahu tentang dapur kehidupan cinta Sang penyair Chairil Anwar. Orang lebih tertarik mengulik puisi-puisi kritisnya.
Ia pergi dalam usia muda 26 tahun, karena sakit yang dideritanya-bisa jadi itu juga akibat kebiasaannya merokok sebagai "charger" inspirasinya. Tapi penyakit itu pula yang juga menjadi pangkal runtuhnya kehidupan cintanya.
Cerita kehidupan cintanya kurang lebih bisa kita gambarkan seperti syair lagu Andmesh-- Cinta Luar Biasa garapan komposer Faisal Resi. Kasih yang tak sampai.
Pastilah beda, "tantangan" mengungkapkan rasa cinta pada zamannya yang tak se-instant sekarang. Media sosial menjadi perantara kekinian zaman yang paling "cemerlang". Tapi justru disanalah tantangannya, ketika romantisme melahirkan puisi-puisi Chairil Anwar yang tak lekang zaman.
Malah di zaman serba "tergesa", romantisme itu bisa kehilangan cita rasa.
Dalam beberapa puisi terkenalnya, Chairil begitu akrab dengan sosok bernama Sri Aryati, yang ia cintai, sehingga Ia kerap menuliskan isi hatinya melalui puisi untuk Sri Aryati seperti dalam puissi "Senja di Pelabuhan Kecil".
Namun sayangnya ia tidak mampu mengutarakan cintanya hingga Sri Aryati menikah dengan orang lain. Kemudian Chairil pun "patah hati" atau "bertepuk sebelah tangan", dan menikah dengan Hapsah .