Kepanikan langsung meledak, begitu sebuah panggilan telepon masuk, mengabarkan kecelakaan. "Anak Bapak mengalami kecelakaan, sekarang sedang dalam perawatan kami di UGD”. Kami bergegas ke rumah sakit dalam guyuran hujan. Apakah ini pertanda kami “gagal mudik” lagi seperti tahun kemarin?.
Terjebak “Puasa” Mudik
Ada 79 juta orang terperangkap “puasa mudik” dalam dua tahun terakhir. Begitu bebas, jutaan pemudik langsung membanjiri Pantura dan Jalur Trans Sumatera. Barangkali mudik kali ini terbesar dalam sejarah mudik Indonesia.
Beruntung Aceh tak dihantui kemacetan parah. Jalan Tol Sibanceh (Sigli-Banda Aceh), setidaknya membantu mengurai kemacetan. Para pemudik penasaran, memilih jalur tol baru, tapi kami lebih memilih jalur biasa yang familiar.
Jalur Timur bernuansa sawah dan padang rumput, area wilayahnya Aceh Besar, Pidie, Bireuen, hingga Lhokseumawe, Langsa dan Takengon di wilayah Timur dan Tengah. Sedangkan Jalur Barat bersisian dengan pesisir laut dan gunung, menuju Meulaboh, Tapaktuan, hingga Pulau Simeulue di wilayah Barsela, barat-selatan.
Meski di bumbui musibah kecelakaan, kami tak menyangka perjalanan mudik-pulang ke kampung halaman, bisa jadi petualangan menarik. Seru seperti kisah The Three Musketeer, berkat tiga aplikasi keuangan digital keren milik PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI.
Bulan puasa kemarin, seperti tahun sebelumnya, kami menonton ulang koleksi film lawas di ruang pustaka keluarga, diantaranya film “The Three Musketeer!”.
Masih ingat film adaptasi cerita legenda Perancis yang ditulis sastrawan Alexandre Dumas?. Film bergenre aksi, petualangan, sekaligus romantis. Film yang disutradarai Paul WS Anderson.
Berkisah tiga satuan pengawal raja yang cerdik, dijuluki The Three Musketeer, diperankan, Matthew Macfadyen (Athos), Ray Stevenson (Porthos) dan Luke Evans (Aramis), semboyannya one for all, all for one.
Jika para Musketeer bertualang ke Venezia, kami bertualang ke kampung terindah di kaki Gunung Seulawah, di pedalaman Indrapuri-Ie Alang, Aceh Besar, dalam versi “Mudik Traveller Lebaran!”.
Sesekali kami memintas melalui jalur pedalaman, jika anak-anak meminta. Bayangan anak-anak ketika “pulang kampung-mudik”, selalu bertamasya, alias plesire- (Belanda). Meski kemacetan bisa jadi momok pengganggu, apalagi ini mudik pertama setelah, “puasa mudik terpanjang” karena pandemi Covid-19.
Cerita Bermula di Dar-Es-Salam
Ashoe Lhok, adalah sebutan bahasa Aceh, bagi kami "penduduk asli tempatan", di Dar-es-salam, atau Darussalam-“kota damai”.