dafunda.com
Dalam You Can See Me, film yang disutradarai oleh Louis Leterrier, aksi J Daniel Atlas, salah satu dari empat pesulap paling dicari, yang menghentikan hujan terasa sangat fenomenal.
Daniel tak hanya membuat rintik hujan berhenti, tapi melayang ke langit. Ia mengendalikan hujan, lalu menghilang secara misterius dengan menjatuhkan diri dalam genangan, di tengah para fans yang sontak terpana.
Tapi itu hanya sebuah potongan dari adegan film. Tapi Rara Istiani Wulandari, tidak sedang bermain sulap, ketika dengan puan emasnya, menggunakan kemampuan menyerap energi Teta, dan menggeser awan hujan cumulonimbus, menjauh dari arena sirkuit balap MotoGP 2022 Mandalika.
Fenomena pawang hujan barangkali tak aneh bagi rakyat negeri Nusantara, yang kaya dengan segala tradisi, ritual dan klenik yang menyelubungi budayanya. Tapi bagi para penonton ajang bergengsi MotoGP, yang identik dengan wujud kecanggihan benda dan cara pikir kekinian, penampilan Rara adalah dobel bonus.
Pertama, sebuah pertunjukkan yang mungkin dianggap sebagai campuran antara ritual dan sebuah trik sulap-magic. Kedua; menduniakan sebuah pertunjukkan tradisi budaya Indonesia di ajang bergengsi MotoGP.
Laku aksinya, seperti gastropedia-mengenalkan ciri khas bangsa melalui kuliner.
Terlepas dari pro-kontra, nyinyiran para penonton dan netizen yang menganggap aksi Rara sebagai "kampungan", tidak mewakili gengsi  ajang tarung MotoGP, nyatanya aksinya berhasil, viral dan menyedot perhatian dunia. Bukan hanya sekedar tontonan belaka, tapi sebuah aksi budaya.
"thank you for stopping the rain", tulis sebuah tweet di akun resmi MotoGP. Mungkin ungkapan itu bernada takjub, karena kepiawaian Rara sang pawang hujan dianggap berhasil menggiring awan hujan ke laut.
Fenomena viralnya Rara dan kisah klenik pawang hujanpun, menjadi warna tersendiri bagi ajang MotoGP 2022 di Mandalika. Seluruh dunia tertuju pada aksi Rara yang menjadi headline di banyak media.
Keberadaan pawang hujan dengan ritual tradisinya, sebenarnya telah ada sejak dulu. Tradisi itu diturunkan dari generasi ke generasi, sebagiannya bahkan menggunakan "Laduni", ilmu turunan yang "menitis" dari moyangnya kepada salah satu anak keturunannya.