Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kasak Kusuk Kurikulum Merdeka, dan Sisi Lain Nasib Para Guru

16 Februari 2022   01:26 Diperbarui: 17 Februari 2022   00:38 1145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal ini akan memudahkan guru dalam menyelesaikan tugas dan tanggungjawab menuntaskan materi pelajaran sesuai kurikulum, syaratnya guru harus berinovasi membuat capaian pembelajaran agar lebih kreatif.

Menyesuaikan dengan kebutuhan di daerah, apakah materi yang dianggap esensial itu sesuai dengan misi sekolah, kondisi lingkungan daerahnya. Bisa jadi materi ekspor dan import tidak begitu dibutuhkan, tapi bagaimana produk lokal agar dapat diterima di pasar internasional lebih penting dipilih jadi materi utama.

Intinya, di Kurikulum Merdeka ini materi akan diringkas dan guru diminta untuk berinovasi untuk membuat capaian belajarnya masing-masing. Sebab kalau tujuan utamanya agar siswa paham dan materinya bermanfaat, berarti tidak semua materi harus dijelaskan, cukup yang dianggap penting yang dituntaskan dengan cara yang kreatif dan cepat dipahami oleh siswa pada saat mengaplikasikannya dalam kesehariannya.

Kedua; Siswa belajar lebih mendalam, bukan lebih luas

Guru tidak lagi dominan menggunakan metode konvensional ceramah satu arah, pilihannya bisa model pembelajaran seperti Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), Model pengajaran berdasar masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk proses berpikir tingkat tinggi, dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial serta sekitarnya. 

Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) atau CTL adalah salah satu konsep macam-macam model pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata.

Jadi siswa tidak hanya menerima materi, mereka juga bekerja berkelompok, mengerjakan riset atau proyek dan mencari penyelesian masalah. Perbandingannya bisa setega teori setengah praktek. Tujuannya agar siswa punya kesempatan menggali dan meningkatkan kemampuannya, dalam bidang literasi dan numerasi. Ini kompetensi yang benar-benar dibutuhkan di dunia kuliah maupun kerja.

Ketiga; Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar, diganti Fase

Jika sebelumnya, ketuntasan pembelajaran ditentukan berdasarkan ketercapaian KI dan KD dalam satu tahun, dalam Kurikulum Merdeka, diganti dengan istilah Capaian Pembelajaran tiap fase. Setiap fase rata-rata berlaku untuk dua tahun, sehingga bisa membuat guru lebih fleksibel untuk menyampaikan materi. 

Guru lebih fleksibel untuk menyampaikan materi, bahkan dalam pembahasan mata pelajaran tertentu dapat saja dilakukan dalam satu fase secara keseluruhan, sehingga fase berikutnya bisa fokus pada materi pelajaran lain yang lebih membutuhkan pembahasan lebih detail. Misalnya pelajaran PKN dapat dilakukan diawal fase pembelajaran, sehingga fokus pada fase berikutnya bisa lebih banyak digunakan pada pelajaran yang lebih berat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun