Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lebih Enak Mana, Makanan Politik, Apa Politik Makanan?

13 Februari 2022   21:51 Diperbarui: 11 Maret 2022   22:57 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih ingat mengapa dalam acara internasional di Indonesia, disuguhi nasi goreng, mengapa bukan makanan ala negara masing-masing peserta sebagai bentuk kepedulian dan pemahaman kita kepada para tamu-tamunya?. Apakah lidah mereka akan cocok, dan terpaksa memakan makanan yang disuguhkan, atau justru berbasa-basi. Mengatakan "enak" padahal "enek".

Mengapa SBY menjamu Jokowi juga dengan nasi goreng, atau Prabowo ketika diundang Jokowi, lagi-lagi juga dengan nasi goreng. Apakah sekedar generalisasi, daripada bingung memikirkan apa suguhan untuk makan malam. Jika nasi putih, harus disertai lauk pauk yang banyak pilihannya. Jika nasi goreng lauknya ikut diaduk jadi satupun bisa saja disebut, "nasi goreng spesial"!.

Mungkin secara politik, dengan mengikut sikon-waktu makan, "nasi goreng" sebagai makanan favorit dan khas Indonesia, bisa diterima semua jenis lidah Indonesia, dan sebutannya juga lebih pas, "diplomasi nasi goreng". Secara filosofi, artinya "makanan kesukaan semua orang", yang berarti pertanda, tuan rumah yang "memahami" tamunya.

Mengapa Juhu Singkah dan Cincane?.

Juhu Singkah dan Cincane adalah jenis kuliner khas Kalimantan Tengah dan Timur. Dalam pertemuan negara bertempat di Kalimantan, kedua jenis makanan-gastrodiplomasi bisa saja mewakili daerah yang dipilih. Selain menyesuaikan dengan daerah, makanan ini juga mewakili sebuah entitas dan ciri khas Indonesia.

Gastrodiplomasi biasanya dilakukan dalam sebuah jamuan makan  khusus, atau menjadi menu hidangan makanan selama sebuah kegiatan kenegaraan atau kegiatan kunjungan politik berlangsung. Bahkan dalam jamuan konferensi internasional, yang melibatkan banyak negara sebagai pesertanya.

Tujuannya jelas, sebagai ajang promosi, menunjukkan identitas, ciri khas, dan sebagai sarana pemancing kerjasama, bidang pariwisata, pertukaran budaya dan bisnis.

Juhu Singkah dan Cincane menjadi "kata pengantar" untuk menyebut bahwa Indonesia punya beribu-ribu jenis kuliner, tapi, cuma punya 3 jenis rasa; Enak, Enak Sekali dan Sangat Enak. Bahkan pilihan pertama saja sudah cukup menggoyang lidah, apalagi jika sampai menembus ke hati. Waduh,"Ancaman" itu gaes!

referensi; 1,2, 3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun