identitas unhas
Bagaimana jika sebuah vote dari seorang swing voter menjadi rebutan dari dua kandidat presiden, karena kedua skor mereka sama persis dan hanya butuh "satu" pemilih untuk memenangkannya?. Sebuah realitas yang absurd, namun bisa saja terjadi di dunia nyata. Faktanya ini hanya sebuah bagian dari adegan skenario film, berjudul "Swing Vote" (2008).
Apalagi kepastian pemilu 2024, sudah diputuskan pada tanggal 14 Februari. Sebuah kebetulan tanggal itu bertepatan dengan Valentine Day, hari para muda milenial. Lantas apa hubungannya dengan para milenial, Gen Z?.
Data berbicara, bahwa di tahun 2024, diperkirakan anak muda yang sudah boleh ber-pemilu akan naik hingga 60 persen dari angka prediksi daftar pemilih tetap (DPT) pemilu serentak di tahun 2019. Faktanya, pemilih berusia 20 tahun mencapai 17.501.278 orang, sedangkan yang berusia 21-30 tahun sebesar 42.843.792 orang.Â
Mereka akan menjadi primadona baru yang potensial menjadi penyumbang suara para konstituen politik. Sekaligus juga tantangan tersendiri, karena para "kaum rebahan" itu adalah para voter yang gampang terpicu oleh isu (issue-driven).
Apa pun yang tengah viral di internet bisa dijadikan bahan diskusi bagi generasi milenial. Kecenderungan itu menyebabkan mereka dengan mudah berubah atau merubah pilihan, seiring dengan trend yang menguat.
Maka tiga hal menjadi kunci utama "mengendalikan" mereka; ketika kita menguasai teknologi, data, jaringan. Trend dapat diciptakan dengan penguasaan ketiga aspek itu, sehingga persepsi dapat di bentuk, dan para swing voter bisa "diarahkan".
Absurdnya Swing Vote dalam film
Bisa jadi kehadiran film berlatar belakang pemilu di Amrik ini, sebuah sindiran satir kepada para kandidat presiden yang sedang bertarung. Bahwa, bisa saja sebuah suara dari seorang swing voter, Bernama Bud (Kevin Costner ) mempengaruhi sebuah kemenangan seorang kandidat presiden.