***
"Dari siapa sih Mas", tanya istrinya, ketika suaminya kembali dari belakang rumah setelah menerima telepon. "Dari Busway-ada teman minta ganti sopir", jawabnya datar, raut mukanya susah ditebak. Istrinya tahu ada yang tak biasa.Â
"Jadi, kenapa malah lemes gitu, kan dapat obyekan'. Tanya istrinya penasaran.Â
Kirman cuma meringis, dan menimpali cepat, "tapi, Simon di tendang ke pool". "bisa apa Simon di pool!", orang biasa ngelus setir, disuruh ngepel bus".Â
"Itulah dik, biasalah, Mas pun kalau tak menurut apa kata me-re-ka, ia menyebut dengan sedikit tekanan, bisa bernasib sama dengan Simon".
***
Pagi sekali ia sudah bergegas, dari rumah ke pool kurang  lebih se-jam-an. Ia  melihat ke cermin, memelintir kumisnya yang tipis, dan memandang ke dalam kaca.Â
Gagah juga suaminya, pikir istrinya yang sudah berada dibelakangnya, "Mas sarapan dulu, jangan nanti lemas, terus pingsan, nanti pindah ke pool", katanya istrinya setengah bercanda. Â Sambil menggamit suaminya.
"Mas cocok jadi pejabat pakai baju begitu", kata istrinya sambil membetulkan kerah bajunya. "Ia, pejabat kelas cere, yang kerjanya disuruh-suruh", jawab Kirman ketus.Â
"Mendingan lah Mas daripada pejabat kelas kakap di gedung dewan pemerentahan yang kerjanya curi-curi mulu", Â istrinya cergas membalas.
Mereka saling senyum. Ambar menarik kursi untuk suaminya, menyendokkan makanan dan memberinya sepotong telur dadar  yang sudah dipotong empat bagian seperi biasa.