Bagaimanapaun tidak ada yang dapat menahan laju pertumbuhan pembangunan Jakarta. Laut saja sudah direklamasi demi perluasan kota. Jadi alih-alih melarang, kita justru harus memikirkan jalan tengah yang win-win solution.Â
Connector Parks adalah pilihan paling logis dan masuk akal buat Jakarta saat ini, yang terus bertumbuh tapi tak mau kelihatan tak pernah bersolek. Maka selain merencanakan wacana pindah, bersolek adalah cara solutif kedua.
Apa Pentingya Connector Parks?
Connector parks, umum dipahami sebagai bagian dari Hutan Kota atau RTH. Berfungsi sebagai penahan atau penyaring partikel padat dari udara, penyerap partikel timbal dari kendaran bermotor, penyerap debu semen, peredam kebisingan, pengurang bahaya hujan asam, penyerap karbon-monoksida dari kendaraan dan pabrikasi, penyerap karbon-dioksida, penahan angin, penyerap bau, mengatasi penggenangan air, penjaga iklim dan penapis cahaya silau.
Beberapa model pembangunan kota yang bisa dijadikan rujukan Pemerintah Kota Jakarta yang bakal kembali marak setelah pandemi berakhir harus mempertimbangkan kualitas atau indikator kinerja hutan kota tersebut. Apalagi jika diniatkan pembangunan RTH itu untuk mitigasi terhadap perubahan iklim dalam jangka panjang.
Singapura saja, sebuah negara kecil dengan pertumbuhan ekonomi dunia, menyadari benar pentingnya upaya RTH sebagai bagian dari mitigasi perubahan iklim, sehingga kita bisa lihat bagaimana pemerintah Singapura menggunakan segala daya upaya memanfaatkan ruang RTH-nya yang sangat terbatas tersebut.
Dalam membangun RTH-The Parks and waterbodies Plan, Singapura bahkan hanya mengandalkan dua jenis tanaman, yakni pohon dan rumput yang ditanam secara menyatu.
Demi sebuah kota yang ramah lingkungan, Pemerintah Singapura bahkan telah siap dengan kalkulasinya yang rumit. Sebagai perbandingan, satu hektar RTH mampu menetralisasi 736.000 liter limbah cair hasil buangan 16.355 penduduk; menghasilkan 0,6 ton oksigen guna dikonsumsi 1.500 penduduk per hari; menyimpan 900 m3 air tanah per tahun; mentransfer air 4.000 liter per hari atau setara dengan pengurangan suhu lima sampai delapan derajat Celcius, setara dengan kemampuan lima unit alat pendingin udara berkapasitas 2.500 Kcal/20 jam; meredam kebisingan 25-80 persen; dan mengurangi kekuatan angin sebanyak 75-80 persen. (Joga-2004).
Bagaimana dengan Pemerintah Jakarta kita, apa mau serius mencobanya?
Mencontoh Singapura memadukan keberhasilan simbiosis mutualisme nilai ekologi dan ekonomi RTH, di samping nilai edukatif dan estetis RTH, sebagai salah satu keunggulan Singapura, menjadikan kota sebagai pusat perdagangan jasa dan tujuan wisata mancanegara. [hans-2021].