Ketiga, anak-anak yang karena kesalahan penilaian di sekolah, terjerumus ke dalam kelas IPA, padahal passion sebenarnya adalah sosial. Kondisi sekolah, sistem penilaian sekolah, kondisi keluarga, kondisi sosial ekonomi, bisa menyumbang kemungkinan anak-anak berpassion IPA, terjerembab dalam kelas IPS ketika sistemnya berlaku seperti  sebelum kurikulum prototipe 2022.
Kondisi ini menjadi problem jangka panjang., dan bisa jadi  "menyumbang" problem link and match sebagai problem klasik para lulusan PT ketika berhadapan dengan bursa tenaga kerja, karena kesalahan pilihan jurusan.
Kejadian paling sering terjadi adalah, lulusan teknik bekerja di industri perbankan. Lulusan jurusan profesi akuntansi, bekerja menjadi desainer. Seorang dokter bekerja sebagai master chief di sebuah resto terkenal. Ilmu mereka menjadi tidak pararel dengan dunia kerja. Kondisi ini dalam pemetaan dunia kerja menjadi sesuatu yang sulit.
Bahkan ada sebuah perusahaan ketika memilih tenaga kerjanya, melihat berdasarkan inisiatifnya, yang dilihat dari jenis golongan darah, horoskop zodiak, bahkan faktor fengshui-nya.
Kurikulum prototipe berusaha menghilangkan gap. Sebagaimana kita memahami sebuah dunia yang flat, dunia datar ala Thomas L Â Friedman. Kini dunia semakin masuk dalam dunia digital, dunia meteverse, realitas semakin semu, dan tanpa batas.
Lantas bagaimana kurikulum prototipe bekerja dalam mengatasi problem pendidikan kita sebenarnya?.
Kurikulum ketika dirancang memang ibarat mendiagnosis penyakit, sehingga obat yang diberikan tidak hanya harus tepat jenis, tapi juga tepat dosis. Persoalan korelasi antar minat anak, pemilihan kelas dan jurusan, dan kaitannya dengan pilihannya ketika kuliah, paralelisasi ilmu,dan fokusnya telah lama menjadi persoalan.Â
Barangkali salah satu titik lemah lulusan yang tidak link and match dengan dunia kerja salah satunya, sumbernya berasal dari ketidaksinkronan antara minat dan pilihan jurusan ketika di PT.
Banyak pengalaman realitas dunia kerja, di mana seorang guru yang hanya bisa mendidik, namun tidak memiliki kemampuan pedagogik atau minat dibidang pendidikan. Namun sebaliknya orang yang berskill eksak  justru mumpuni sebagai guru, selain faktor karakteristik orang, faktor problem salah jurusan bisa menjadi penyebab yang melatarbelakanginya.  Lebih dari itu, sebenarnya substansinya berkaitan dengan minat atau passion dasar yang dimiliki setiap orang yang beragam.
Kurikulum yang mengerti kita