Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ternyata Tuhan Di Dekatku Di Galaksi Bima Sakti

10 Desember 2021   20:12 Diperbarui: 11 Desember 2021   21:36 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku ber-angan, bagaimana jika suatu ketika terlempar ke sebuah galaksi yang jauh. Sendirian. Sejauh memandang, hanya menemukan bintang-bintang berwarna, berpendar, merah, biru, kuning seperti tembaga. Ketika memandang ke bumi, tiba-tiba aku bingung sendiri. Bagaimana bisa aku kembali?.

Dulu ketika di bumi, aku sering memandang langit ke galaksi bima sakti. Sebuah Mahakarya dengan triliunan bintang. Menatap lurus berharap menemukan galaksi itu. Semakin tinggi, jauh, memudar dan mendapati debu-debu putih angkasa bercahaya.

medium.com
medium.com

Lalu, dimana Tuhan dalam galaksi bima sakti besar itu. 

Tuhan adalah semua, segala maha. 

Dan galaksi itu pastilah cuma debu dihadapanNya.

Semakin aku memandang ke galaksi, semakin aku merasa kecil. Membayangkan sendirian di bumi, di atas permukaan tertinggi. Jika bumi dan galaksi begitu luasnya, lalu siapa kita sebenarnya?.Mengapa kita begitu jumawa, merasa serba bisa. Merasa paling sibuk dan berkuasa. 

Sekarang aku masih berdiri di muka galaksi. Mungkin, ini memang bima sakti. Jutaan bintang berpendar di kejauhan seperti debu, dan disekelilingku bintang-bintang seperti hologram-hologram yang berkilau, menyala.

Dulu, aku duduk di atap tinggi rumahku memandangi langit, dengan teleskop binari. Aku sekarang merasa begitu, tapi disini aku tak butuh atap tinggi itu, karena aku memang di ruang angkasa bima sakti itu sendiri.

Aku tak tahu dimana matahari, apakah ini siang?, karena dalam bima sakti ada jutaan matahari. Tak ada bulan yang tertutup cahaya sehingga gerhana. Tak ada malam yang menutup siang, semua seperti siang, tak ada lagi malam, kecuali jika kita memejam mata.

Kupikir aku tak lagi bisa kembali, maka diam-diam kuambil debu-debu di bawah kaki. Mula-mula kubasuh mukaku, lalu kedua tangan hingga siku dan berhenti di telapak. Sebelum aku duduk, kubasuh kedua kakiku dengan debu galaksi itu. Apa yang bisa kulakukan dalam kekuasaanMu yang maha tinggi, selain bersimpuh.

Tiba-tiba bintang warna-warni menari, berlarian berebut berdiri di belakangku, aku berdiri, meneruskan takbirku, berdiri meneruskan bacaan alfatihahku, berdiri dengan doa-doa yang panjang karena berjuta bintang di belakang mengikuti shalatku. Aku khusyuk, dan bintang-bintang itu hanyut, luruh. Bahkan galaksi tiba-tiba menyusut, masuk ke dalam shalatku.

Aku tak hendak cepat berdiri dari sujud dan ruku. Setiap kali terbangun dari sujud panjang kudapati, galaksi berpendar di belakangku. Ketika tafakur kuakhiri, kudapati aku tak lagi sendiri. Galaksi itu sekarang disini. Semua begitu terang, semua benderang, jauh melebihi matahari-matahari.

Ketika aku berhenti membaca doa dalam tafakurku, aku menengadah dan berkata lirih seperti lantun doa. 

Tuhan, ternyata Engkau tak pernah jauh, di sini di dekatku, bahkan ketika aku merasa sendiri di sebuah galaksi bima sakti yang jauh sekali.

Ketika terjaga aku mengenggam bintang-33 butir banyaknya, ternyata aku pulas setelah lelah dan lelap dalam tafakur di puncak sepertiga malam, setelah berkeluh kesah kepadaNya. Tak cuma tentang duka-duka, tapi juga tentang suka-sukaku yang banyak jumlahnya.

Seandainya aku benar tinggal di bima sakti itu. Aku pasti bisa kembali, dengan perantaraan 33 butir bintang, yang teruntai seperti merjan. Terima kasih Tuhan, atas ingatanMu padaku, tidak dalam duka-duka, tapi juga dalam suka-suka yang banyaknya tak terkira.

Beranda rumah, Dar-es-salam, 10 desember 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun