Demi masa depan; kata Zizek, pilih barbarisme atau komunisme model baru, cuma karena sebab pandemi?, waduh!
Betapa enaknya jika bisa terus menulis seperti Zizek. Menulislah sebelum menulis itu dilarang. Dulu di jaman Orba, kita juga boleh menulis apa saja. Tapi, ada tapinya; tidak boleh melawan pemerintah, tidak boleh mengusung paham radikal, tidak boleh SARA, tidak boleh mengkritik pemerintah, dan tidak boleh lainnya yang panjangnya lebih dari seratus baris.
Pernah baca buku Zizek?,seorang optimistis yang dianggap sebagian para pengamat sebagai filsuf provokatif, karena menawarkan wacana mengganti sistem kapitalis dunia dengan bentuk baru komunisme hanya karena corona!. Lucu, karena sudut pandangnya begitu jauh dari keriuhan orang pesakitan akibat corona.Â
Betapa panjang jarak pikir menghubungkan antara sistem kapitalis, komunisme baru dan pandemi. Zizek melihat bahwa epidemi virus corona dapat memberikan nafas segar untuk komunisme dan kekalahan telak bagi kapitalisme. Meski pemikirannya tidak terduga, tapi bukunya telah terbit, dan ludes terjual jutaan copy dengan banyak versi bahasa di dunia.
Slavoj Zizek menulis, "langkah-langkah yang tampaknya bagi kita hari ini sebagai 'Komunis' harus dipertimbangkan di tingkat global. Koordinasi produksi dan distribusi harus dilakukan di luar koordinat pasar." Ia langsung memukul telak ekonomi kapitalis. Alasannya cukup pragmatis, karena ia membayangkan sebuah kondisi dimana karakter masyarakat dan dunia akan berubah menjadi barbar pasca pandemi.Â
Menurut Zizek, bentuk baru komunisme mungkin merupakan satu-satunya cara untuk mencegah penurunan kondisi sosial menjadi barbarisme global. Ia berkaca pada bagaimana otoritas China memainkan peran sentral dalam "memadamkan" kasus pandemi di Whuhan, karena basis mereka komunisme.Â
Sedangkan negara-negara di seberang lainnya yang beraliran kapitalis, seolah memberikan kebebasan otoritasnya pada setiap individu atau institusi, sehingga upaya mengatasi pandemi dianggap gagal. Dibutuhkan otoritarianisme keras, jika mau berhasil mengatasi pandemi kata Zizek.
Bagaimana bisa ia berpikir sejauh itu?. Apa karena ia seorang filsuf, yang pikirannya cenderung penuh imajinasi, namun juga tidak lepas dari akal sehat?. Sehingga, saat media nasional maupun global memberikan ketidakpastian, Zizek menafsirkan situasi dunia dengan cara sendiri yang tidak terduga.
Isi pengantarnya, sebenarnya untuk menegasi bagaimana sebuah pemikiran filosofi dipahami awam dengan mudah, potongan isinya antara lain; bayangkan jika Tuhan itu Maha Besar, dan Maha Pencipta, maka Tuhan bisa membuat batu yang sangat besar sehingga Tuhan sendiri tidak sanggup mengangkatnya". Saya justru bingung harus tertawa atau membatalkan lanjutan bacanya. Tapi begitulah, bahwa ternyata didunia ini ada cara berpikir di luar cara berpikir kita yang biasa.