Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bukan Angsa Biasa, Angsa Ajaib Bang Taleb

31 Oktober 2021   08:09 Diperbarui: 27 November 2021   23:52 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://artsandculture.google.com/entity/m045dtq?hl=id
https://artsandculture.google.com/entity/m045dtq?hl=id

https://interaktif.kompas.id/
https://interaktif.kompas.id/

Berkali-kali membacanya, masih saja diliputi rasa penasaran, apakah Black Swan sebuah kebetulan, karena begitu lemahnya nalar prediksi kita?. Hingga detik ini begitu banyak orang berada dalam tanda tanya besar setelah idenya bergulir ke ruang publik. Dunia acak dipenuhi kesalahpamahan. Begitulah, Dalam dunia Acak yang disalahpahami banyak orang Nassim Nicholas Taleb punya tiga kuncinya.

Ketiga kunci Taleb dalam The Black Swan, adalah ; hampir mustahil diprediksi, berdampak besar, dan fenomenanya bukan kebetulan, tapi rasionalisasi pikiran kita, ketika suatu peristiwa terjadi, meskipun dapat diprediksi lebih dari peristiwa yang sebenarnya.


Ide tersebut seolah memposisikan kita sebagai “orang yang salah”, di dunia dengan kejadian acak yang selalu mengejutkan kita, tetapi kita menyadarinya sebagai kebetulan, berbeda dengan Taleb yang berpikir melawan arus utama. Taleb bahkan percaya bahwa ide angsa hitam mendasari segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia kita saat ini, dari kebangkitan agama hingga urusan pribadi setiap orang, dan harus ditekankan, bukan hanya kebetulan!


Sebagai "orang yang salah", seolah-olah kita membodohi diri sendiri dengan berpikir bahwa kita tahu lebih banyak daripada yang kita tahu. Kemudian kita membentengi pikiran dengan hal-hal yang tidak relevan dan tidak memiliki konsekuensi, sementara peristiwa-peristiwa besar yang tersebar di sekitar kita membentuk dunia kita, dan kita tidak menyadarinya sejak awal.
Jadi kejadian acak yang menciptakan perubahan itu seperti angsa hitam di antara angsa putih. Atau lebih tepatnya kita tidak memperhatikan gajah besar di kelopak mata, sementara kita sebenarnya sibuk dengan kuman-kuman kecil di seberang lautan. Gajah besar itu terlupakan dan tidak terlihat.


Jadi Taleb harus menjelaskan semua yang kita ketahui tentang banyak hal yang tidak kita ketahui. Kemudian tawarkan trik yang sangat sederhana untuk menghadapi angsa hitam dan menarik keuntungan dari kehadirannya. Tentu saja hal ini menggelitik rasa penasaran banyak orang, bahkan mereka yang awalnya tidak mengenali ide tersebut.


Sebagai kilas balik pandangan awal Taleb tentang ide Black Swan, betapa sederhananya semuanya dimulai. Pasti ada yang bilang, ini seperti analogi hujan sehari menghapus kemarau setahun. Setidaknya cobalah untuk memikirkan narasinya sejenak. Bahwa betapa terbatasnya kita dapat belajar dari pengamatan dan pengalaman, dan betapa rapuhnya pengetahuan kita tentang banyak hal. Satu pengamatan ternyata bisa meruntuhkan pandangan umum yang berasal dari pengamatan banyak orang terhadap jutaan angsa putih di sekitar kita.


Ketidakmampuan untuk memprediksi hal-hal yang tidak dapat diprediksi menyiratkan ketidakmampuan untuk memprediksi arah sejarah, mengingat adanya peristiwa dalam dinamika peristiwa. Tsunami Aceh 26 Desember 2004 adalah contohnya. Angsa hitam dengan sifatnya yang tidak dapat diprediksi, membuat kita perlu menyesuaikan diri dengan adanya suatu peristiwa daripada memprediksinya.


Strategi di antara para penemu dan pengusaha adalah untuk tidak terlalu mengandalkan perencanaan dari atas ke bawah dan fokus pada bermain-main dengan kewaspadaan terhadap peluang saat peristiwa muncul dengan sendirinya. Jadi Taleb tidak setuju dengan Max dan Adam Smith tentang pasar bebas yang bekerja karena memungkinkan orang mengalami keberuntungan, berkat trial and error yang agresif, bukan karena imbalan atau "insentif" untuk keterampilan mereka.


Sebagai pelajaran, ada kendala manusia lain yang terlalu fokus pada apa yang Anda ketahui; kita cenderung belajar tentang hal-hal tertentu, bukan yang umum. Dan pernyataan Taleb yang lebih pedas, “bahwa meskipun pengetahuan kita maju dan berkembang, atau mungkin karena kemajuan dan pertumbuhan seperti itu, di masa depan itu akan semakin tidak dapat diprediksi, sementara sifat manusia dan ilmu sosial tampaknya bersekongkol untuk menyembunyikan gagasan itu.” Nah, kita harus belajar lagi untuk lebih peka dan kritis, kalau tak mau dikelabui Angsa Hitam yang tak terduga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun