Seminggu ini aku didera semacam pembengkakan prostat, setidaknya itu yang saya dengar dari diskusi para dokter.
Meskipun asam urat alias Gout menjadi biang keladinya menurutku. Biasa, persoalan gaya hidup jadi taruhan, apalagi di Aceh perayaan Maulid panjangnya hingga 3 bulan.
Dan selama itu khauri atau khanduri undangannya bertubi-tubi. Hidangan pembukanya pastilah kuah Beulangong, semacam kari daging sapi dengan rempah yang tiada dua rasanya, dan penutupnya adalah makanan manis. Maka klop-lah asam urat dan prostat jadi ancaman.
Maka sepekan, terbaring di rumah sakit dengan urusan kateter, operasi kecil di atas kandung kemih, hingga blooding yang tak tertahankan, tapi semua harus dijalani karena sudah terjadi dan pastinya kesalahan sendiri.
Pastinya faktor umur dan gaya hidup rebahan adalah pemicu yang seringkali memancing kehadiran "penyakit" itu., sehingga sepekan kelebihan kumpulan batu di kemih harus di sortir dan dikurangi, dengan berbaring tak berdaya.
Maka setelah semua berlalu, olah raga jogging kembali saya minati, sambil menikmati Car Free Days, biar tak membosankan, tapi kali ini tidak akan disertai dengan membeli jajanan asal-asalan. istriku rencananya membawa bekal sehat dari rumah, hanya saja kami megganti meja makannya di CFD sambil menikmati pagi segar.
Begitulah, rutinitas kantor, biznis, seringkali membuat kita lupa menjadi lebih sehat. bahkan kondisi pandemi tak menyurutkan aktifitas kita, mungkin karena zona kuning masih di rasa aman. Asal tetap mematuhi protokol 4 M. (Masker, Jarak, Kerumunan dan Cuci Tangan), bolehlah kita keluar dari kurungan rumah, tapi tetap ingat di rumah ada yang menunggu dan harus tetap kita jaga!..
Bahkan nikmati kopi harus dipuasakan untuk waktu yang mungkin akan saya disiplinkan sendiri. Mungkin bisa beberapa minggu atau sebulan kedepan, Arabica dan Robusta tidak akan sempat singgah di lidah. Tapi inilah resiko ingin mencoba sedikit lebih sehat dari biasanya.
Tapi pengalama paling gila , selain menahan kejang terhambat urin, barangkali urusan dengan jarum suntik. Dalam kurun waktu lama jarum suntik tak pernah singgah di badan, namun asam urat parah kemarin memaksa infus singgah dan jarum pembius mampir di kemih sejenak. Aneh dalam kepasrahanpun aku masih tetap saja gila dengan jarum suntik alias tripanophobia. Ketika kuutarakan kepada dokter, ia hanya tersenyum dan bilang , terserah apa memilih sakit atau jarum ini harus singgah. Maka begitulah, disiplin sehat yang diabaikan dengan gaya hidup (daring), kebanyakan di rumah dan ngopi disertai rebahan (sambil kerja), membuat semuanya jadi pelajaran berharga.
Oleh-oleh pesan dokter soal asam urat, aku coba input dari sumber yang terpercaya. Menurut catatan halodoc, setidaknya pemicu naiknya kadar asam urat  dalam darah seseorang, antara lain:
- Memiliki keluarga yang mengidap asam urat.
- Baru saja mengalami cedera atau pembedahan.
- Gemar konsumsi makanan dengan kandungan purin tinggi, seperti daging merah, jeroan hewan, dan beberapa jenis hidangan laut (misalnya teri, sarden, kerang, atau tuna).
- Gemar konsumsi minuman beralkohol dan minuman tinggi gula.
- Kerap menggunakan obat dan beberapa obat kemoterapi.
- Memiliki kondisi medis tertentu, misalnya diabetes, gangguan sindrom metabolik, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit tiroid, kolesterol tinggi, leukemia, anemia, sleep apnea, hipertensi, dan obesitas.
Maka jelas, meskipun daring seringkali membuat malas dan tidak pedulian dengan kesehatan (kecuali takut Covid19), faktor "U" dan disiplin sehat harus terus diutamakan. Yuk Tetap sehat!