Mohon tunggu...
Deni Maulana Ishaq
Deni Maulana Ishaq Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Ingin belajar untuk menjadi manusia yang Berguna bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Harga Stagnan Saat Bulan Ramadhan, Itu bohong…

25 Juli 2014   19:49 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:14 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14062672861179775574

[caption id="attachment_335076" align="alignnone" width="401" caption="Sumber: www.kompasiana.com"][/caption]

Bulan suci ramadhan selalu memberikan kesan menarik pada setiap tahunnya. Ada kesan yang menggugah hati karena saat ramadhan, di mall kebutuhan sekunder di jual dengan harga yang relative lebih murah, bahkan di obral dengan diskon besar-besaran. Ada juga kesan yang memilukan hati saat bulan ramadhan, karena di bulan ramadhan kebutuhan primer yaitu komoditas pangan cenderung menaik tajam, bahkan bisa di katakan kenaikan harga pangan saat bulan ramadhan itu seperti “roket” yang menjulang tinggi ke atas lalu akhirnya turun lagi ketika idul fitri usai.

Kenaikan kebutuhan pangan saat bulan ramadhan memang menjadi suatu keberkahan sendiri bagi para pedagang. Karena halusnya mereka juga ingin melaksanakan lebaran dengan mempunyai uang yang lebih banyak dari bulan-bulan sebelumnya. Tapi ketika peristiwa kenaikan harga pangan di foll up ke media nasional, maka konsumen yang akan di salahkan karena permintaan akan kebutuhan pangan terutama Sembilan bahan pokok (sembako) naik drastis jika dibandingkan kebutuhan tersebut saat bulan-bulan sebelumnya.

Walaupun kita berkilah ketika bulan ramadhan mayoritas di Indonesia melakukan ibadah puasa, yang mana hanya melaksanakan 2 kali waktu makan yaitu saat buka dan sahur. Akan tetapi tidak dapat kita pungkiri bahwa karena setelah kita berpuasa, justru porsi makan kita bertambah. Karena esensinya ketika kita berpuasa menahan hawa nafsu termasuk nafsu untuk tidak makan dan minum. Lain ceritanya ketika kita sudah berbuka puasa yang mana kita tidak perlu menahan nafsu untuk makan dan minum. Maka di sinilah ujung akar, mengapa kok orang setelah berpuasa justru mengkonsumsi jumlah makanan yang lebih banyak di banding dia tidak berpuasa? Karena hal inilah harga kebutuhan konsumtif menjadi naik di karenakan permintaan konsumen juga naik. Lalu bagaimana jika persediaan pangan memang dalam jumlah yang banyak juga? Tetap saja, harga akan menjadi naik. Karena persediaan yang cukup banyak bukan di simpan di pasar-pasar tempat kita belanja kebutuhan pangan tersebut. Melainkan akan ada distribusi yang lebih banyak untuk di tujukan ke tempat pedagang menjajakan dagangan mereka.

Seperti yang disampaikan ibu Ely, warga aren jaya bekasi. “kalau di bulan puasa (ramadhan) kebutuhan kantong menjadi pas-pasan, karena pengennya selalu makanan yang enak dalam jumlah banyak, apalagi ketika sahur dan buka puasa. Yang biasanya engga ada jadi di ada-adain, pokoknya pengennya sahur dan buka harus makan yang enak dan lengkap”

Lalu mengapa tidak dibatasi pengeluaran saat bulan ramadhan ini bu Ely?

“Sebenarnya ada keinginan untuk tidak berlebihan untuk ‘mengerem’ pengeluaran. tapi, wajar saya pikir, kalo ingin berbuat lebih di bulan puasa, toh, ini momen setahun sekali. Alangkah sempurnanya hati jika bisa menyuguhkan menu buka dan sahur yang lengkap untuk yang berpuasa, kan?” Begitulah alasan bu Ely. Jadi memang wajar jika harga-harga pangan naik ketika bulan ramadhan, apalagi ketika menjelang hari raya idul fitri. Yang mana hampir setiap rumah memasak bermacam-macam hidangan dalam jumlah yang banyak.

Walaupun setiap menjelang bulan Ramadhan, para produsen barang sudah bersiap melakukan produksi barang lebih banyak. Angka impor barang pada Neraca perdagangan Indonesia selalu meningkat menjelang bulan Ramadhan, dan suplai barang melalui distributor dipercepat. Tetap saja, harga pangan di Indonesia akan naik secara terus menerus. karena kebutuhan konsumen yang sangat tinggi menyebabkan permintaan akan bahan pangan lebih banyak jumlahnya dibanding bulan-bulan yang lainnya. Padahal kenaikan harga barang secara terus-menerus dapat menimbulkan inflasi. Apa itu inflasi?

Pengertian Inflasi

Secara garis besar inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara terus-menerus. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi

Peran bank Indonesia

Lalu, jika sudah seperti ini adakah peran pemerintah untuk menjembatani hal ini agar tidak terlarut di tahun-tahun berikutnya? Tentu saja ada, adalah Bank Indonesia bertindak sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga menjaga stabilitas sistem keuangan (perbankan dan sistem pembayaran) guna menghindari terjadinya inflasi. Lalu bagaimana peran Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas keuangan saat ramadhan tiba? Inilah pola pergerakan yang digagas oleh Bank Indonesia,

Bila mengamati pola historis inflasi selama periode Ramadhan-Idul Fitri, umumnya mulai terjadi pada saat bulan puasa (H-1), kemudian berlanjut pada saat idul fitri, dan cenderung mengalami koreksi harga pada satu bulan setelah idul fitri. Secara umum dalam tiga tahun terakhir komoditi pangan yang menjadi penyumbang inflasi pada periode puasa ramadhan dan idul fitri relatif tidak mengalami perubahan, seperti: aneka daging, aneka bumbu dan beras.

Harga daging ayam ras dan telur ayam ras mulai mengalami kenaikan sejalan dengan peningkatan permintaan menjelang bulan Ramadhan, demikian pula yang terjadi pada Bawang merah. Untuk pasokan bawang merah selama puasa dan Lebaran relatif aman. Sebagian besar sentra produsen telah memasuki masa panen. Penyumbang utama inflasi selama Ramadhan dan Idul Fitri berasal dari kota-kota di Kawasan Jawa. Namun demikian, kota di Kawasan Sumatera dan Kawasan Timur Indonesia cenderung memiliki tingkat inflasi yang lebih tinggi dibandingkan kota di Kawasan Jawa. Dalam 3 (tiga) tahun terakhir, di kawasan Sumatera kota yang mencatat inflasi tinggi selama ramadhan adalah Pangkal Pinang dan Bengkulu. Di KTI kota Samarinda dan Balikpapan, dan di Jawa kota Depok dan Bekasi.

Lalu bagaimana respon Bank Indonesia dalam menghadapi resiko inflasi ini?

Kebijakan Bank Indonesia

BI memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50% dalam rangka mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4,5±1% pada 2014 dan 4±1% pada 2015, serta menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat. Terkait pengendalian inflasi, Bank Indonesia bersama Pemerintah (TPI dan Pokjanas TPID) terus memperkuat koordinasi termasuk dengan Pemerintah Daerah (TPID) untuk mengantisipasi tekanan inflasi menjelang perayaan hari besar keagamaan Ramadhan-idulfitri, dan memitigasi risiko inflasi semester II-2014. TPI dan Pokjanas TPID terus melakukan komunikasi yang intens terutama dalam mengelola ekspektasi inflasi menjelang hari besar keagamaan melalui 4K (ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi) dan meminimalkan tekanan harga pangan yang mulai meningkat.

Menteri Dalam Negeri juga telah mengirimkan Surat Edaran yang ditujukan kepada seluruh Kepala Daerah untuk melakukan langkah-langkah yang diperlukan demi menjaga stabilitas harga pangan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri 2014. Upaya koordinasi pengendalian inflasi juga dilakukan di berbagai daerah, bahkan koordinasi tersebut dilakukan lintas daerah seperti Rapat koordinasi wilayah (Rakorwil TPID) provinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat bulan Juni ini.

Pemantauan langsung ke lapangan untuk memastikan ketersediaan stok pangan, baik milik pemerintah maupun pelaku usaha (distributor). Pemberian subsidi biaya distribusi beberapa komoditi (beras, gula pasir, minyak goreng, dan terigu) untuk didistribusikan ke seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur. Melakukan kerja sama dengan produsen maupun distributor utama untuk menyelenggarakan kegiatan pasar murah. Memprioritaskan bahan makanan dalam proses bongkar muat di pelabuhan, maupun penggunaan jalur transportasi darat.

Berbagai macam kebijakan sudah dipersiapkan oleh Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas keuangan Negara kita untuk menghindari terjadinya inflasi, tapi benarkah harga akan stabil dengan kebijakan tersebut khususnya pada bulan ramadhan? Jawabannya jika harga stabil itu mungkin tapi untuk menjadikannya stagnan itu sangat tidak mungkin, mengingat tingginya permintaan masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang lebih banyak saat ramadhan dan idul fitri.

Seperti yang di ungkapkan ibu Ely konsumen di pasar rawakalong bekasi bahwa, harga-harga kian merangkak naik menjelang lebaran, beberapa barang yang harganya naik yaitu, bawang putih, mengalami kenaikan harga sebesar 16,67 persen atau Rp 2.000 per kg dari harga Rp 12 ribu menjadi Rp 14 ribu setiap kilogram, kemudian cabe rawit hijau dari harga Rp 9.000 per kg menjadi Rp 10 ribu per kg atau mengalami kenaikan 11 persen. Dan harga yang masih stabil seperti beras Ciherang Rp 8.800, daging sapi Rp 95 ribu per kg, daging ayam potong Rp 30 ribu per kg, telur ayam ras Rp 19 ribu per kg.

Masih banyak kemungkinan harga bahan pangan diatas bisa naik drastis. Tapi disinilah Bank Indonesia beserta kebijakannya menjaga stabilitas harga pangan khususnya di bulan ramadhan. Jadi kemungkinan harga stagnan di bulan ramadhan itu bohong. Akan tetapi jika harga stabil saat bulan ramadhan itu sangat mungkin jika diimbangi kerja keras Bank Indonesia dalam menjalani setiap kebijakannya. Kita sebagai konsumen juga harus turut berupaya agar menghemat pengeluaran kita guna menghindari permintaan bahan pangan secara terus menerus guna menghindari inflasi.

Bagaimana caranya, simak tips sederhana dari saya sebagai berikut,

-Berusaha semaksimal mungkin untuk mengontrol diri belanja pangan sesuai kebutuhan.

-Tentukan anggaran belanja pangan, dan patuhilah.

-Pakai pola berbelanja yang sama seperti bulan biasa.

-Berbelanjalah bahan kebutuhan pokok saja.

-Perkirakan uang yang akan dibelanjakan.

-Bawalah uang tunai seperlunya.

-Jangan Berlebih-lebihan dalam berbelanja kebutuhan pangan.

Demikian ulasan saya mengenai kenaikan harga di bulan ramadhan, jika ada kesalahan saya mohon maaf. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi setiap yang membacanya. Sekian dan terima kasih.

Sumber: www.bi.go.id

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun