Mohon tunggu...
wija wijayanto
wija wijayanto Mohon Tunggu... -

Peneliti Media

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aurora Laramie

26 September 2014   20:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:23 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di atas rumput hijau, di tepian danau Lazienki yang terletak di salah satu sudut taman itu, dia baringkan tubuhnya. Wajahnya tengadah. Kedua matanya terpejam. Udara taman yang dingin dan sejuk menyapu wajahnya. Sinar matahari terakhir musim panas menghangatkan tubuh nya. Komposisi Chopin dimainkan secara live di salah satu sisi danau, tepat di samping patung sang maestro yang berdiri dengan kukuh. Alunan musik itu mengalun lembut, menuntun angan nya mengembara. Mengenang negeri nya yang jauh, mengingatkannya pada sebuah percakapan.

“Aku ingin kamu melihat Eropa. Aku mencintai benua itu. Ia seperti rumah bagiku. Aku selalu suka melihat Eropa, menyaksikan bangunan –bangunan nya yang megah, kota-kota tua, dan semua jejak peradaban masa lalu. Dan di atas itu semua, aku menyukai musimnya yang sempurna. Autumn. Aku selalu suka autumn. Pohon-pohon yang meranggas, dedaunan yang menguning, dan suasana nya yang tenang dan damai.“


Demikian ungkap kekasihnya pada suatu ketika. Waktu itu dia hanya tersenyum. Tidak mengiyakan maupun menidakkan. Namun dalam relung hatinya yang terdalam ia berharap, dan percaya, bahwa hari itu akan tiba. Dan kini, beberapa bulan setelah percakapan itu, di tengah padang rumput luas dan berbaring dalam hening, ia tahu mimpi itu telah terwujud nyata.

Dan seperti kata kekasihnya, dia mendapati lima harinya di salah satu kota di Eropa timur itu berlangsung sempurna. Sejak ia tapakkan kaki, kota ini telah nyambutnya dengan mataharinya yang hangat dan udaranya yang sejuk, memungkinkan orang-orang untuk memadati taman-taman kota dan berlalu lalang di old town yang dipenuhi bangunan klasik.

Dan itu pulalah yang selalu ia lakukan selama lima hari di sana. Pagi hari pertama ia awali dengan mengendarai tramp dan turun di Nowy Swiat Street untuk menikmati pedestrian walk. Berbaur dengan warga kota yang memulai hari dengan langkah cepat. Di antara para mahasiswa yang bergegas ke kampus yang terletak di salah satu sisi jalan itu. Menyusuri jantung kota, ia merasa seperti kembali ke abad pertengahan saat kota ini masih berupa kerajaan dengan arsitekturnya yang khas.

Dua hari international conference nya berlangsung sempurna. Tidak hanya materi conference yang inspiratif dan mencerahkan, namun juga persahababatan baru yang didapatkannya dari conference itu. Bersama teman-teman dari berbagai belahan dunka: Polandia, Romania, Lithuania, Rusia, Armenia, Hungaria, Uzbekistan, Australi, Arizona dan Afrika itu, ia menjalin komunikasi dan memelihar diskusi hingga kini. Tiga hari sisa nya ia habiskan untuk menjelajahi objek wisata kota tua ini. Menyusuri Royal Castle dan segala pernak-pernik megah yang ada di dalam nya dan tentu saja kini: mandi matahari di taman lazienki.

Cinta adalah kekuatan terbesar yang ada di dunia ini, demikian ia pernah mendengar seorang penulis berkebangsaan Inggris berkata. Dan, seperti sang penulis, ia percaya cinta aurora lah yang membuatnya berada di sana.

Berbaring di atas rumput hijau itu, ia bisa melihat dengan jernih di benaknya bahwa banyak perjalanan lain telah menantinya. Dan saat itu, ia tak kan melalui perjalanan itu sendiri. Karena ia akan melalui perjalanan itu bersama kekasihnya. Dan mewujudkan mimpi-mimpi mereka: tinggal di benua indah ini, melahirkan anak-anak mereka dan menjadi tua bersama.

Warsaw, September 2011 - Leiden, Maret 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun