Mohon tunggu...
Widha Widyarsih
Widha Widyarsih Mohon Tunggu... -

kejujuran menempati bab pertama di buku kebajikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Buku Ajar Aksesoris Pelajar

11 April 2012   03:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:46 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13341143721459906411

Buku adalah gudangnya ilmu dan membaca adalah kuncinya. Pepatah klasik yang menyiratkan betapa pentingnya sebuah buku bagi keberlangsungan khazanah keilmuan manusia. Dengan membaca buku berarti kita membuka jendela dunia ilmu. Karena didalam sebuah buku terdapat berbagai macam ilmu pengetahuan. Dengan buku kita bisa melihat dan mempelajari sesuatu yang baru atau hal-hal yang berbeda dari apa yang kita pikirkan. Dengan membaca buku berarti kita sedang membuka cakrawala. Sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa buku adalah gudangnya ilmu, dan membaca adalah kuncinya. Akan tetapi gudang ilmu tersebut tidak akan terbuka jika kita tidak membuka kuncinya. Dan kuncinya itu adalah membaca. Dengan gudang dan kunci yang digunakan itulah, jendela dunia ilmu akan terbuka dan wawasan kita akan bertambah. Tapi, apakah semua gudang itu mampu dimanfaatkan kita dengan sebaik-baiknya? Ataukah kita melupakan kuncinya? Menyimpan gudang itu dan malas membukanya. Hingga gudang itu berdebu dan akhirnya terlupakan. Apakah memang minat baca di negeri ini sangat kurang? Padahal dalam al-qur’an Allah SWT memerintahkan kita untuk membaca. Perintah ini memberikan kita agar meningkatkan minat baca. Manfaat yang besar jika kita membiasakan untuk membaca yaitu mendapatkan pemahaman, wawasan dan ilmu pengetahuan.

Wilson Nadeak mengatakan: “seorang yang berhenti membaca akan berhenti berfikir, dan peradaban tidak lagi berkibar maju”.  Pelajar sebagai generasi penerus tradisi keilmuan, tidak membaca nyaris merupakan petaka. Karena sejatinya membaca identik dengan sumber ilmu dan wawasan. Suatu aspek utama yang mengantarkan manusia kedalam perdaban yang lebih maju. Namun, pelajar yang dipercaya oleh para tetua untuk meneruskan peradaban menuju titik yang maju, malah menyianyiakan kepercayaan itu . Mereka menganggap buku adalah sebuah hal mewah yang enggan mereka jamah. Pelajar lebih suka memajang buku-buku tebal yang telah mereka beli mahal dengan uang yang didapat dari orang tua dengan merengek kemudian memajangnya dimeja belajar mereka. Disusun dengan serapi mungkin, seolah mereka membacanya. Atau pelajar itu memang senang membaca buku-buku ajar yang tebal dengan senang hati, dengan tujuan mereka membaca untuk mendapatkan sebuah pengetahuan. Ataukah mereka membuka buku-buku mahal mereka hanya ketika ada tugas, atau sekedar ada ulangan semusim. atau bahkan mereka tak membacanya, hanya menjadikannya bantal ketika mereka akan terlelap di penghujung malam karena begadang sehabis bergelut di dunia maya. Hingga akhirnya pagi tiba, dan ulangan pun memanti, pelajar terdesak dan menjadikan buku mahal tersebut sebagai penolong menyelesaikan ulangan kecurangnya. Dan akhirnya, buku ajar tebal mahal itu mereka lempar, dan kembali teronggok. Jika bukuitu bisa menjerit, mungkin dia akan mendengus kesal dan memarahi si pemilik. Itu hanya sebuah kisah kecil pelajar yang tidak memanfaatkan buku dengan benar. Semoga saja tidak semua pelajar berfikiran sempit seperti itu.

Sedangkan kita ketahui, banyak sekali manfaat yang bisa kita ambil dari buku-buku ajar yang kita miliki. Diantaranya manfaatnya yaitu, sebuah buku ajar, dapat menjadi guru kedua kita yang dapat mendidik kita dan memberikan tambahan pengetahuan untuk kita. Selain berfungsi sebagai sumber bahan ajar, buku ajar pun dapat dijadikan sebagai media untuk membangkitkan motivasi siswa. Dan tidak dapat dipungkiri lagi bahwa membaca memang besar manfaatnya. Namun, budaya membaca belum mengakar dikalangan pelajar. Oleh karena itu perlu adanya proses pembudayaan membaca. Menurut Yuniarto, beliau mengatakan bahwa kegiatan pembudayaan diperlukan proses dalam memperbaiki kualitas minat baca dikalangan masyarakat. Dan dibawah ini ada beberapa kiat untuk menumbuhkan minat baca: 1.Optimalisasi peran guru Maksudnya disini yaitu, guru harus mampu membangkitkan minat baca pelajarnya, yaitu dengan cara memotivasi siswanya, menciptakan metode pembelajaran yang merangsang minat baca, memberikan keteladanan. 2.Optimalisasi peran perpustakaan Optimalisasi yang dimaksud disini adalah menghidupkan perpustakaan sekolah. Artinya, perpustakaan sekolah tidak diposisikan sebagai pelengkap dari lembaga pendidikan. Tetapi menjadi bagian integral dari lembaga pendidikan itu sendiri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun