Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa banyak manfaat, termasuk kemudahan dalam mengakses informasi biasanya Masyarakat itu mengakses informasi biasa melalui media massa dan media sosial. Media massa adalah alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada Masyarakat luas sedangkan Media sosial merupakan tempat bagi penggunanya untuk berbagi informasi, pemikiran, dan perasaan. Namun, dalam adanya perkembangan munculnya media massa dan media sosial ini juga membuka peluang untuk penyebaran informasi yang tidak benar, seperti hoaks dan disinformasi. Hoaks adalah sebuah informasi yang direkayasa. Informasi tersebut dibuat untuk menutup-nutupi informasi yang sebenarnya. Selain itu, hoaks juga merupakan upaya untuk memutar balikan fakta. Fakta tersebut akan diganti dengan informasi-informasi yang meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya., sementara disinformasi merupakan informasi yang sengaja dibuat salah dengan tujuan menyesatkan.
Topik-topik sosial sering menjadi sasaran utama penyebaran hoaks dan disinformasi karena sifatnya yang sensitif dan cenderung memicu emosi. Contohnya meliputi berita palsu tentang bantuan sosial, kesalahpahaman terkait stereotip gender, informasi lingkungan yang tidak akurat, atau mitos kesehatan. Dampak dari fenomena ini tidak hanya dirasakan oleh individu tetapi juga berkontribusi pada polarisasi masyarakat, menghambat penyelesaian masalah sosial, dan memperburuk ketidakpercayaan terhadap institusi.
Penyebaran hoaks dan disinformasi pada isu  - isu sosial dapat didorong oleh beberapa faktor atau beberapa hal seperti :
- Kecenderungan untuk menyangkal apa yang sedang terjadi, sehingga individu yang bersangkutan akan mempercayai apapun yang kontra / berlawanan dengan fakta yang ada.
- Kecenderungan psikologis memercayai teori konspirasi, yang Dimana individu lebih mengutamakan pemikiran teori konspirasinya sehingga menjadi tidak sesuai dengan fakta yang ada
Kemudahan teknologi, terutama melalui media sosial dan platform digital, memungkinkan informasi tersebar dengan cepat tanpa melalui proses verifikasi. Algoritma pada platform tersebut cenderung mengutamakan konten yang menarik perhatian, tanpa mempertimbangkan keakuratan informasinya.
Keterbatasan literasi digital membuat masyarakat kesulitan membedakan antara informasi yang valid dan hoaks, sehingga mempermudah penyebarannya. Banyak orang cenderung langsung mempercayai informasi tanpa terlebih dahulu memverifikasi kebenarannya.
- Emosi dan Bias Konfirmasi Hoaks sering kali dirancang untuk memicu emosi, seperti ketakutan, kemarahan, atau simpati. Selain itu, masyarakat cenderung mempercayai informasi yang sesuai dengan keyakinan atau pandangan mereka (bias konfirmasi).
- Motivasi Ekonomi dan Politik Banyak hoaks yang disebarkan dengan tujuan ekonomi, seperti mendapatkan klik atau iklan, atau dengan tujuan politik, seperti memengaruhi opini publik atau menciptakan ketidakstabilan sosial.
Dengan adanya beberapa faktor / beberapa hal ini dapat mendorong adanya hoax dan disinformasi itu menjadi menyebar dan juga penyebarannya sangat cepat karena adanya dorongan dari faktor itu tadi. Penyebaran hoaks dan disinformasi memiliki dampak yang luas terhadap pola pikir masyarakat, seperti contoh terutama dalam konteks isu-isu sosial :
- Hambatan dalam Penyelesaian Masalah Sosial Informasi yang salah dapat mengalihkan fokus dari akar masalah yang sebenarnya, memperlambat pencarian solusi yang efektif.
- Meningkatkan Polarisasi Sosial Hoaks sering kali memperkuat perpecahan di masyarakat dengan memanipulasi opini berdasarkan identitas kelompok atau kepentingan tertentu. Misalnya, hoaks tentang gender dapat memperkuat stereotip negatif atau memperburuk konflik antar kelompok sosial.
Informasi palsu menghalangi masyarakat dalam memahami fakta dan kenyataan yang sesungguhnya. Hal ini dapat menyebabkan masyarakat membuat keputusan yang keliru atau tidak mendukung kebijakan yang tepat.
- Menurunkan Kepercayaan Publik Hoaks yang menyasar isu-isu sosial sering kali merusak kepercayaan masyarakat terhadap institusi, seperti pemerintah, organisasi non-pemerintah, atau media. Ketidakpercayaan ini dapat menghambat upaya kolaboratif untuk menyelesaikan masalah sosial.
Penyebaran hoaks, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan dan keamanan, dapat memicu ketakutan dan kecemasan yang berlebihan di kalangan masyarakat. Sebagai contoh, informasi palsu mengenai vaksinasi dapat menurunkan angka vaksinasi dan meningkatkan risiko penyebaran penyakit.
Penyebaran hoaks, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan dan keamanan, dapat memicu ketakutan dan kecemasan yang berlebihan di kalangan masyarakat. Sebagai contoh, informasi palsu mengenai vaksinasi dapat menurunkatu n angka vaksinasi dan meningkatkan risiko penyebaran penyakit.
Dari dampak itu tadi ada salah satu contoh studi kasus yang bisa memberikan penjelasan lebih dalam dan detail. Salah satu contoh nyata dampak hoaks dan disinformasi dapat dilihat pada isu kesehatan, terutama selama pandemi COVID-19. Penyebaran informasi palsu tentang efektivitas obat tertentu, teori konspirasi tentang asal virus, atau bahaya vaksin telah memengaruhi pola pikir masyarakat secara signifikan. Hal ini mengakibatkan penolakan terhadap protokol kesehatan, rendahnya tingkat vaksinasi, dan meningkatnya kasus infeksi.
Menghadapi hoax dan disinformasi di media sosial maupun di media massa memang menjadi tantangan yang serius. Berikut adalah beberapa cara atau Upaya untuk membantu Anda terhindar dari hoax dan disinformasi :