Mohon tunggu...
Wu Mu
Wu Mu Mohon Tunggu... -

wants to be a writer and publish my own book.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jagalah Martabatmu dan Martabatku

14 November 2011   04:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:42 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

apa kabar saudara?
saya kembali dengan sebuah cerita dari kawan.

kawan saya baru saja menyelesaikan tugas magang di sebuah perusahaan. di sana ada empat orang yang bekerja magang. kebetulan yang menarik, mereka semua wanita, sementara sembilan puluh persen lebih pegawai di perusahaan tersebut adalah laki-laki. hanya sekitar dua orang pegawai wanita.

apa yang terjadi? para pegawai notabennya adalah para bapak yang sebagian besar jauh dari keluarga. datangnya pegawai magang sementara tentunya dianggap seperti anak sendiri. karena ditilik dari segi umur memang begitu adanya.

becanda, mengobrol dan bekerja dalam atmosfer yang normal. hingga suatu waktu, salah seorang pegawai yang terlihat lebih suka bercanda mulai berani bercanda dengan sentuhan fisik. misalnya saja mencolek atau menepuk. untungnya hanya dua itu.

namun itu bagi saya sudah merupakan jenis pelecehan ringan. bisa dimaafkanlah. namun kadang dapat juga memicu tindakan yang lebih. manusia bisa, sangat bisa, khilaf kan?
dari empat orang, yang berani dicolek oleh si pegawai hanya dua orang dan satu orang dengan kadar yang lebih. mengapa dapat terjadi demikian? pertama dua orang yang tidak dicolek tidak menanggapi candaan yang dilontarkan dengan antusias yang tinggi, terutama candaan yang menjurus ke arah "jorok". dan seorang yang pernah dicolek setelah diperlakukan demikian mulai menjaga diri. dia menghindar jika si pegawai muncul tanda hendak bercanda dengan colekan. namun yang satu tak begitu menyadari apa yang terjadi, dan cenderung menganggap hal tersebut biasa saja dan normal terjadi.

saya dan kawan yang lain mendiskusikan kasus kawan ini, harusnya bisa saling menjaga martabat. alasan menganggap seperti bapak-anak tidaklah dapat diterima. bapak ada yang khilaf pada anak kandung. bagaiman dengan ini? bukan anak kandung kok.
maka jagalah martabat anda. ingatlah anda memiliki anak istri. jagalah martabatmu, suatu saat nanti kau akan memiliki suami dan anak.

bersikap dalam suatu lingkungan memang sulit. pasti ada serba salahnya. namun harus tetap menjaga martabat masing-masing. jagalah hati dan tingkah laku. tak baik begitu saja memakai alasan bersikap baik dengan senior. alasan sudah seperti bapak/ibu dengan anak. menghindari keburukan itu yang benar.

demikian saya menuliskan apa yang saya dapatkan dari kawan saya. bukan maksud ingin menjelek-jelekkan pihak manapun. hanya ingin mengingatkan. hal seperti ini terjadi di banyak tempat, dan saat saya menulis ini pun sedang terjadi. dan sering kali dibiarkan begitu saja. maaf atas pernyataan saya yang demikian dangkal dan kasar. ini adalah suara seorang muda yang ingin didengar.

terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun