Hari ibu, selamat hari ibu... 22 Desember menjadi hari yang dinanti para ibu, hari perayaan terhadap peran seorang ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anak, maupun lingkungan sosialnya. Ada ikatan istimewa antara seorang ibu dan putrinya. Hubungan ini berevolusi dan abadi. Dalam diri putrinya, seorang ibu melihat harapan dan cita-citanya, mungkin perwujudan impiannya dan perjalanan di jalur yang dulu ditinggalkannya. Dalam diri ibunya, seorang putri melihat fondasi bagi dirinya, sejarahnya dan kehidupan semua perempuan yang mendahuluinya. Dia melihat dirinya sendiri dan memahami makna menjadi seorang perempuan. Aku seorang guru di SD dekat rumahku,setiap hari aku berjalan kaki berangkat ke SD, mengabdi pada negara. Aku tergolong orang yang masih beruntung punya keluarga lengkap, bapak, ibu, kakak perempuan dan laki-laki. Akan tetapi, tidak dengan muridku yang sejak kecil sudah ditinggal pergi ibunya. Ketika dia masih balita, ibunya meninggal karena sakit keras. Untuk memperingati hari ibu, saya memberikan tugas kepada murid-muridku untuk meenggambar apa saja yang berhubungan dengan ibu dan akan dilombakan kekecamatan. Tugas dikumpulkan minggu depannya, tetapi ada satu muridku yang belum mengumpulkan. Saat saya tanya, "kenapa ko belum mengumpulkan tugas Windi?". Namanya Windi, gadis berumur 9 tahun yang kini hanya tinggal bersama ayahnya. Dia menjawab, "lupa bu". Akhirnya saya beri toleransi untuk mengumpulkan tugas itu pada hari berikutnya. Setelah keesokan harinya, saya tanya lagi tugas yang kemarin belum dia kumpulkan. Akan tetapi dia menjawab sama seperti kemarin. Saya menyuruh dia untuk mengumpulkan keesokan harinya. lalu saya tanya lagi keesokan harinya, tetapi dia tetap belum mengerjakan dengan alasan lupa. Saya merenung dalam hati, "anak ini ko belum mengumpulkan tugas terus kenapa?". Samapi hampir seminggu saya merenung barulah saya ingat kalau ibu anak ini sudah meninggal ketika dia kecil. Bagaimana dia bissa mengerjakan tugas tentang hari ibu, kalau ibunya sudah tiada. ternyata bukan kamu nak yang lupa, tetapi gurumu ini yang lupa. Maafkan gurumu ini nak. Windi sebenarnya anak yang cerdas, setiap saya menerangkan pelajaran didepan kelas, Â kemudian saya tanya dan memberikan soal, dia bisa menjawab dan mengerjakannya. Akan tetapi, karena kurang perhatian dari keluarganya,terutama kasih sayang seorang ibu yang tak pernah ia dapatkan sekarang. Ayahnya juga tidak memerhatikan dirinya, hanya sibuk dengan teman-temannya dan bermain judi. Sungguh malang nasibmu Windi, semoga dihari ibu ini meskipun ibumu sudah tiada, tetapi tetap selalu ada dihatimu selamanya dan memberikan semangat untukmu agar hari-harimu selalu bahagia seperti teman-temanmu yang masih punya ibu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H