[caption id="attachment_151520" align="aligncenter" width="300" caption="Prof. Moriarty"][/caption] Lupakan Joker, kita punya Prof. Moriarty!
Ya, sosok penjahat keji nan pintar luar biasa ini sungguh mengagumkan. Bukan berarti saya membela yang jahat. Tidak! Hanya saja alur cerita yang melibatkannya, sosok, dan akting Jared Harris benar-benar menonjol, menjadikan tokoh Prof. Moriarty laksana bunga yang indah dalam taman cerita petualangan penuh tipu daya dan ledakan bom di film Sherlock Holmes: A Game of Shadows ini.
Sosok Prof. Moriarty semakin mengerikan dengan hadirnya Kolonel Moran, salah satu penembak jitu terhebat se-Inggris Raya tahun 1891 yang menjadi pembantu setianya. Pasangan dari neraka inilah yang harus dihadapi oleh duo pembela kebenaran Sherlock-Watson. Sama sekali bukan pertarungan ringan, jika tidak mau dibilang mematikan.
Menembus lorong-lorong bawah tanah yang kumuh dan jorok, menyusup ke gudang-gudang misterius yang berbahaya, menembus hutan, menyusuri pegunungan, hingga tampil layaknya bangsawan di lantai dansa perundingan damai negara-negara Eropa. Semua dilakukan Sherlock untuk menghentikan musuh barunya, yang berdasarkan novelnya adalah juga musuh yang paling berat: Prof. Moriarty.
Tentu saja Sherlock Holmes di film ini terlalu pendek, gempal, dan ugal-ugalan dibanding sosoknya yang saya kenal melalui novel. Lebih mirip koboi dibanding pemikir berotak brilian yang kebetulan jago tinju dan sekali-sekali suka madat. Bagaimanapun, ini adalah interpretasi Hollywood, yang memang seumur-umur tidak pernah mau mentah-mentah memindahkan cerita dari buku ke layar lebar begitu saja.
Apapun, Sherlock Holmes: A Game of Shadows bisa dibilang menutup tahun 2011 dengan menyakinkan. Sebuah petualangan seru selama lebih dari dua jam yang memang layak dinikmati...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H