Berbekal sembilan lagu rock sejati, mereka menerjang! Sebagian keras menghantam, sebagian muram, sebagian lagi manis seperti cinta. Konspirasi, kumpulan musisi yang menyatakan diri berdiri di jalur alternative rock/grunge, mengeluarkan album perdana mereka yang isinya 100% melawan selera pasar musik negeri ini.
Apa mereka sudah gila? Barangkali, ya!
Konspirasi menderu sejak detik pertama. Raungan gitar dan hantaman drum menggulung di lagu pertama, “I Want It All”. Chorus yang catchy dan enak dinyanyikan bersama, yang adalah kekuatan Edwin sang gitaris dalam menulis lagu-lagunya, dirangkum oleh Che dalam nafas pemberontakan pada kenyataan yang mengungkung.
“Aku lelah, ku lelah, selalu mengalah... Aku lelah, ku lelah, selalu bertahan...” demikian dia bernyanyi berulang-ulang, seolah merapal mantra.
“Lelaki” jadi lagu kedua. Lagu berketukan ganjil yang lebih lembut dibanding lagu sebelumnya.
Berikutnya adalah “Dilema”, yang juga adalah OST Dilema, film tentang politik kekuasaan bawah tanah Jakarta produksi Wulan Guritno. Muram dan luar biasa serius, khas Che.
Lagu keempat adalah favorit saya. “Melacak Jejak Purba”.
Lagu rock sederhana yang asyik, dan tentu saja keren sekali, tentang olok-olok terhadap agama. Otokritik pada kebutaan kita mengenai konsep benar dan salah yang sudah mendarah daging dan turun-temurun.
“Banyak berdoa lupa sesama... Rakus pahala! Agama kau sebut mata uang, buat beli surga!” demikian petikan lirik dari lagu tersebut. Hahahaha, kurang to the point gimana lagi, coba?
“Arogan”, lagu kelima di album ini, punya intro yang cocok sekali digunakan sebagai pembuka dalam konser-konser di panggung besar. Perpaduan drum dan gitar yang bertahap membangun momentum. Seperti badai yang perlahan membentuk diri di tengah samudera, untuk kemudian tanpa ampun menghantam pantai.
Kenyataannya, Konspirasi memang kerap menggunakan lagu ini sebagai pembuka konser mereka, seperti yang dilakukan di perhelatan Java Rockingland 2011 lalu.