[caption id="attachment_123862" align="aligncenter" width="300" caption="Cupumanik - foto by Cupumanik"][/caption] Homo homini lupus. Manusia adalah serigala bagi manusia lainnya. Frase yang pertama kali diungkapkan dalam sebuah pertunjukan komedi komikal berjudul Asinaria buah karya Plautus si raja komedi era kerajaan Romawi ini, tentu bukan frase yang asing bagi kita.
Di scene grunge Indonesia, frase ini pun bukan hal yang tabu untuk diangkat menjadi tema lagu, dalam berbagai konteks dan sudut pandang yang boleh dibilang sangat menarik.
Tahun 2009, Navicula, raksasa grunge lokal asal Bali menyuarakan bahwa kita, manusia, perlu menyelamatkan diri dari diri kita sendiri. Ide yang terdengar konyol namun mengandung kebenaran semurni emas 24 karat itu terangkum dalam Over Konsumsi, lagu megah dari album keenam mereka yang berjudul Salto, yang bercerita tentang keserakahan serigala agro bisnis internasional bernama Amerika Serikat, Jerman, Jepang, dan China.
Besok Bubar, yang awal tahun 2011 lalu merilis album Self Titled, dengan yakin menyimpulkan bahwa Senjata Pemusnah Massal adalah manusia itu sendiri. Tidak perlu menuding bom atau alam. Manusia adalah penyebab kehancuran dirinya sendiri.
Dan Agustus 2011 ini, dalam Luka Bernegara, single terbaru yang dirilis secara resmi melalui website Rolling Stone Indonesia, Cupumanik menumpahkan amarah dan frustrasinya kepada serigala-serigala politik negeri ini. Gerombolan ahli retorika yang hobinya berkonflik dan bikin intrik.
Bedanya, Cupumanik dengan tegas menyatakan langkah yang mereka tempuh untuk menghadapi serigala-serigala politik itu. Ya, dalam deru distorsi dan jeritan sepenuh hati mereka mengajak kita semua untuk mencampakkan politik ke comberan dan mulai bekerja, berkarya, biar berbudaya dan kaya raya!
Single Luka Bernegara dapat didonlot secara gratis dan legal disini: Cupumanik-Luka Bernegara
Serigala. Dalam banyak kebudayaan mereka selalu diasosiasikan dengan gerombolan yang kuat, licik, keji, dan menakutkan. Rupanya manusia, yang katanya adalah makhuk Tuhan paling mulia, sama payahnya dengan serigala di mata juru tawa bangsa Romawi ataupun juru suara grunge Indonesia.
Jaman telah demikian banyak berubah. Dari tameng baja Romawi ke gitar Fender Mustang. Dari kulit kayu ke serat optik. Tapi kita, manusia, rupanya tetap menjadi serigala bagi sesama, selamanya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H