Jika Anda termasuk orang yang gemar nonton konser rock, maka pasti memahami bahwa diatas langit selalu ada langit. Di kerumunan audiens Anda akan selalu menemukan die hard fans dari band yang sedang manggung, yang jauh lebih besar dari Anda.
Demikian juga tadi malam (27 Januari 2011). Dalam konser tunggal Gugun Blues Shelter (GBS) di Bentara Budaya Jakarta (BBJ), saya menemukan banyak sekali fans sejati dari trio pengusung power blues ini.
Bermodalkan tiga album yang sorenya ditandatangani oleh ketiga personel GBS, saya datang ke lokasi konser dengan lagak sudah sebagai fans terbesar mereka. Tapi apa daya, saya ternyata hanya mampu ikut bernyanyi di When I See You Again, Turn It On, dan White Dog. Sementara puluhan orang yang merangsek hingga ke bibir panggung, meninggalkan ratusan lainnya di barisan belakang, rupanya hapal nyaris semua materi yang dibawakan malam itu, kecuali dua nomor dari album baru yang akan mereka rilis di Amerika bulan depan.
Malam itu, saya dan ratusan audiens yang memadati halaman BBJ menyaksikan betapa power blues memang bisa dimainkan dengan sangat mempesona. Membius, menghentak, dan menghantam. Bisa merayu, mengajak bergoyang, hingga membuat rahang jatuh berceceran di lantai!
Yang sudah tahu Gugun tentu maklum jika permainan gitarnya memang melebihi kecepatan, dan keasyikan, orang bergosip. Yang belum tahu, maka semalam pastilah ternganga dan pulang dengan bangga, karena ternyata gitaris power blues yang super digjaya itu orang Indonesia!
Sempat dihadang hujan, kemacetan Jakarta yang semakin tak tertanggungkan, dan beberapa kali kehilangan suara mikrofon utama, trio berkemampuan musik layaknya dewa ini menghantam selama dua jam penuh, mulai pukul 20:00.
Jono, basis asal Inggris ini, seperti biasa, tampil ugal-ugalan. Kali ini dia mengenakan perpaduan kemeja biru kotak-kotak, kacamata hitam, dan sayap bulu putih yang besar. Ya, sayap bulu! Apa maksudnya, sungguh saya tidak tahu.
Bowie, drummer bertubuh kecil tapi bertenaga Bima ini, tampil rapih dengan kemeja hitam dan cukuran rambut seperti pegawai kantoran. Disela-sela pukulan drumnya, dia selalu menyempatkan diri untuk menenggak bir kaleng yang ditaruh dekat kaki kanannya. Saya bukan perokok dan tidak bilang bahwa merokok itu keren, tapi gaya Bowie menyelipkan dan menghisap rokoknya diantara pukulan drum yang menderu, sama sekali tidak jelek!
Gugun, ya seperti biasanya. Selalu tertawa dan sepenuh hati memainkan gitarnya. Dia tidak ambil pusing dengan masalah teknis yang beberapa kali mendera mikrofonnya. Lima gitar yang dimainkannya malam itu, satu dengan teknik slide guitar, semua menyuguhkan sihir bunyi yang sangat memabukkan.
Tak hanya membawakan materi milik sendiri, malam itu mereka memainkan cover dari Jimi Hendrix dan Stevie Ray Vaughan. Sesi cover itu dimulai dengan penjelasan Gugun mengenai asal muasal band ini, yang dulunya kerap memainkan cover milik Hendrix. Baiklah.
Percuma saja menuliskan betapa dahsyat permainan musik mereka. Lebih baik lihat jadual konser berikutnya dan sempatkan diri Anda untuk tongkrongin mereka.