[caption id="attachment_149361" align="aligncenter" width="300" caption="Poster film Ghost Protocol"][/caption] Burj Khalifa (Burj Dubai), bangunan tertinggi di dunia yang berada di Dubai, dengan tinggi bangunan nyaris 1 km, menjadi salah satu lokasi penting tempat berlangsungnya cerita Mission: Impossible – Ghost Protocol. Ini adalah seri Mission: Impossible layar lebar ke-4 yang dibintangi Tom Cruise.
Adegan memanjat dinding kaca menuju lantai 130 gedung Burj Khalifa mengingatkan saya akan adegan panjat tebing bergaya free climbing (tanpa tali dan paku-paku tebing pengaman) yang menjadi pembuka film Mission: Impossible II. Seru, menegangkan, tidak masuk akal, dan tentu saja membuat kita tanpa sadar menahan nafas!
Secara umum, Ghost Protocol lebih segar ketimbang tiga film sebelumnya. Disini, kehebatan teknologi tidak lagi 100% bisa diandalkan. Kematangan rencana pun kerap berantakan. Dan, yang paling penting, unsur jenaka tokoh serta ceritanya lebih terasa. Dalam Ghost Protocol, Mission: Impossible menjadi lebih manusiawi dan enak sekali dinikmati.
Film ini kentara sekali berupaya mendongkrak penjualannya di luar Amerika Utara dan Eropa. Pemilihan Burj Khalifa di Dubai sebagai lokasi pertarungan dan Mumbai di India, lengkap dengan Anil Kapoor sebagai salah satu aktor pendukung, jelas merupakan umpan bagi calon audiens dari negara-negara Arab dan Asia.
Dari sisi cerita, seperti biasa, tidak ada hal yang baru. Ghost Protocol malah terbilang bergumul dengan isu spionase usang: nuklir dan Rusia. Sementara dari sisi teknologi, sepertinya Apple dan BMW menjadi tulang punggung utama film ini.
Yang paling menarik, setidaknya bagi saya, adalah penekanan film ini pada unsur kenekatan. Disaat semua rencana berantakan, teknologi canggih gagal berfungsi, dan kesempatan datang dalam bentuk yang sangat samar-samar, Ethan Hunt selalu menerjang tanpa pikir panjang! Dan, mengesampingkan segala derita serta pengorbanan yang terpaksa diberikan, berhasil!
Barangkali kenekatan seperti itulah yang perlu kita tiru saat ini.
Menghadapi dunia yang terlampau cepat berubah ini, mungkin kita memang perlu meninggalkan budaya berpikir yang terlampau matang dan penuh perhitungan, lalu terjun, meninju, dan menendang sekenanya, memanfaatkan apa saja yang tersedia. Toh, pada akhirnya, sebagai manusia, kita tidak diharuskan untuk sukses, melainkan hanya diwajibkan untuk mencoba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H