Mohon tunggu...
Eko Prabowo
Eko Prabowo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

http://wustuk.com\r\n\r\nhttps://soundcloud.com/rakjat-ketjil-music

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Hong Kong Part 3

3 Desember 2011   15:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:52 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari kedua Konferensi Digital Media Asia 2011, yang merupakan hari ketiga saya di Hong Kong, diisi dengan sehari penuh konferensi dan pemberian penghargaan yang dirangkai dengan makan malam mewah. Mewah, menurut ukuran saya yang biasanya makan malam di rumah atau di warung pinggir jalan.

Dibuka dengan free-flow wine, yang saya sesap tak sampai setengah gelas karena memang saya sudah tidak mengkonsumsi alkohol, penyerahan penghargaan berlangsung meriah.

[caption id="attachment_146329" align="aligncenter" width="300" caption="KOMPAS Gramedia dapat 4 penghargaan di DMA 2011"][/caption] KOMPAS Gramedia mendapat 4 penghargaan, masing-masing: perak untuk KOMPAS.com dalam kategori Newspaper Website, perunggu untuk Kawanku dalam kategori Magazine Website, perunggu untuk KOMPAS dalam kategori Tablet Publishing, dan emas untuk KOMPAS dalam kategori Cross Media Editorial Coverage.

Malam itu, tentu saja, ditutup dengan banyak sekali menu makanan enak. Mulai dari iga domba panggang yang lembut dan lezat, medium-rare sirloin steak berwarna merah yang sangat juicy, beragam sajian seafood, hingga bubur wijen berwarna hitam yang sepertinya adalah menu wajib di setiap perjamuan disini. Bubur hitam panas yang rasanya enak sekali.

Hari ketiga dan terakhir konferensi adalah kesempatan terakhir saya untuk mengunjungi pasar legendaris Kowloon yang disebut sebagai Ladies Market. Kurang jelas juga asal-usul nama ini, namun yang pasti kabarnya disini kita bisa membeli berbagai macam pernak-pernik menarik dengan harga murah.

[caption id="attachment_146330" align="aligncenter" width="300" caption="Bebek panggang penuh lemak. Nikmat!"][/caption] Setelah makan malam di bilangan Cameron Road dengan menu khas Kowloon: bebek panggang nikmat yang sangat berlemak serta kopi susu yang rasanya tidak menggembirakan, bersama beberapa teman jalan saya mampir sebentar ke Avenue of Stars. Sekali lagi menikmati 4 menit Symphony of Lights yang mempesona, tidak ada salahnya kan?

[caption id="attachment_146333" align="aligncenter" width="300" caption="Kopi susu yang... Ah, lupakan saja!"][/caption] Menjelang jam 9 malam, bergegas saya dan dua teman wanita yang bersemangat sekali ingin berbelanja memasuki subway Tsim Sha Tsui. Turun tiga tingkat kebawah tanah dan kemudian dari sana kami naik MTR menuju ke stasiun Mongkok. Dari situ tinggal keluar di pintu Central Bank dan sampailah kami di Ladies Market.

Pada dasarnya, Ladies Market adalah pasar tepi jalan seperti yang banyak kita temui di Jakarta. Barang-barang yang dijual pun, sayangnya, nyaris 100% mirip dengan yang banyak dijual di Jakarta, hahaha!

[caption id="attachment_146336" align="aligncenter" width="300" caption="Ladies Market"][/caption] Jadilah saya akhirnya hanya berkeliling menikmati suasana dan sesekali saja belanja pernak-pernik. Lebih untuk sekedar menjajal tips yang saya dapat. Bukan untuk benar-benar berburu barang bagus.

Berbelanja di Ladies Market, menurut info yang saya baca, janganlah segan menawar harga. Beberapa travel site yang cukup kejam menulis bahwa harga barang disini bisa ditawar hingga sepertiga saja!

Tentu saja saya tidak mengikuti tips itu mentah-mentah. Menawar separuh harga rasanya sudah cukup meyakinkan.

[caption id="attachment_146337" align="aligncenter" width="300" caption="Barang dagangan di Ladies Market"][/caption] Maka kemudian saya asyik menawar tempelan magnet kulkas, kaos, dan berbagai pernak-pernik lainnya. Semua saya tawar separuh harga. Sebagian berhasil, sebagian lagi berakhir dengan muka cemberut dari para pedagang. Ya, hidup memang berisi tawar-menawar dan tidak selalu berakhir gembira bukan?

Yang menarik, setidaknya bagi saya, adalah hadirnya belasan model sepatu Docmart di toko-toko fashion di sisi jalan Ladies Market. Toko-toko fashion ini tentu saja tidak mengenal sistem tawar-menawar, apalagi sampai separuh harga. Semua barang memiliki tag harganya masing-masing, yang jika dirupiahkan rasanya sekitar 100-200 ribu lebih murah dibanding barang yang sama di Jakarta.

[caption id="attachment_146340" align="aligncenter" width="300" caption="Docmart is back!"][/caption] Dulu, ketika ledakan grunge menyapu dunia, Docmart adalah salah satu icon fashion-nya, bersama baju flannel. Tentu saja omong-kosong tentang fashion ini ditolak mentah-mentah oleh Kurt Cobain maupun Eddie Vedder, dua orang yang paling bertanggung jawab atas fenomena musik dunia (yang terbilang konyol) bernama grunge itu.

Mengingat sebentar lagi Hong Kong memasuki musim dingin, rasanya Docmart memang pantas dijadikan pilihan fashion disana, melengkapi Korean Style yang marak dikenakan gadis-gadis mungil di sepanjang jalan. Di Jakarta, barangkali Docmart dan Korean Style hanya akan menghasilkan satu hal saja: badan yang berkuah, hahaha!

Sambil menunggu teman yang sepertinya masih tenggelam dalam alam belanja, iseng-iseng saya menghampiri sebuah kedai kecil yang ramai pengunjung. Kedai itu sepertinya menjual berbagai cemilan semacam gorengan.

[caption id="attachment_146342" align="aligncenter" width="300" caption="Cemilan jalanan denjer!"][/caption] Dari dekat, akhirnya saya bisa melihat apa yang sesungguhnya dijual kedai tersebut. Astaga! Ternyata jeroan, gurita, dan segala macam menu tinggi kolesterol lainnya! Hohoho... Bahaya!

Nyaris jam 12 malam ketika akhirnya kami selesai berbelanja dan puas menikmati nuansa malam hari di Ladies Market. Kembali ke stasiun dan kami mendapati ribuan orang bergegas pulang. Luar biasa! Hong Kong memang tempat yang sangat sibuk!

[caption id="attachment_146343" align="aligncenter" width="300" caption="Beli tiket MTR di stasiun Mongkok"][/caption] Dalam perjalanan pulang ke hotel, di MTR yang padat penumpang itu, saya bersyukur punya kesempatan berkunjung ke Hong Kong dan melihat kebudayaan yang berbeda. Sebagian saya suka, sebagian tidak terlalu.

Bagaimanapun, melihat dunia yang berbeda dari yang biasa saya temui tentu saja terasa menyenangkan. Jika ada hal yang sangat ingin saya lakukan di kemudian hari, maka itu adalah melihat kebudayaan di belahan dunia yang lain lagi...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun