Saat dunia (dikira) sepenuhnya menggelinding ke arah digital, sebagian remaja Indonesia malah asyik mengarungi tren baru yang sangat analog: board game. Aneh? Rasanya, tidak. Sepanjang sejarah modern manusia, memang tidak pernah ada tren yang 100% diamini semua kelompok masyarakat. Begitu pun dengan tren digital.
Sabtu, 8 Juli 2017 lalu, remaja yang mendeklarasikan diri sebagai penikmat board game Indonesia menggelar acara bermain bersama. Tidak tanggung-tanggung, mereka menggelarnya secara serentak di 5 kota: Jakarta, Bandung, Solo, Yogyakarta, dan Surabaya!
Tak kurang dari 150 remaja yang tersebar di Arcanum (Jakarta), Shuffle.id (Bandung), Board Game Library (Solo), Dakon (Yogyakarta), dan Tabletoys (Surabaya) asyik menenggelamkan diri bersama, memainkan dua board game teranyar karya anak bangsa: Candrageni dan Celebes. Selama 3 jam lebih mereka bermain dan saling mengalahkan. Tentu saja dalam suasana bersahabat yang sarat canda tawa.
Candrageni dan Celebes, dua judul terbaru, akan segera menambah daftar judul board game lokal yang meramaikan pasar Indonesia.
Kenapa banyak remaja yang menyukai board game? Bukankah kata para ahli (meski kadang kita perlu lebih kritis menilai opini para ahli tersebut karena tak jarang ternyata pepesan kosong belaka) generasi milenial sangat akut kecanduan barang digital? Entahlah. Barangkali karena remaja juga manusia merdeka yang boleh bebas menentukan kesukaannya sendiri.
Yuk, main board game!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H