Paling manis, meski bercerita tentang kisah cinta yang tragis, adalah “Melawan Rotasi”. Jika ada lagu yang pantas (baca: bisa ditelan mentah-mentah oleh audiens saat ini) muncul di televisi, inilah lagu itu! Dan ternyata memang lagu inilah yang mereka pilih untuk dijadikan single pertama, lengkap dengan klip videonya.
Penghujung album ini dihuni oleh tiga lagu keras.
“Koruptor” adalah luapan distorsi yang menggambarkan tumpahan kekesalan mereka, dan barangkali juga bangsa ini, terhadap kelakuan para koruptor yang semakin hari semakin tak terkendali.
Sedikit berbau power punk, “Libidinal” bercerita tentang gairah. Tentang birahi. Tentang insting paling primitif yang kita semua punya.
Lagu kesembilan, lagu terakhir yang merangkum wisata bunyi di album perdana Konspirasi ini, adalah yang paling keras diantara semuanya. “Stigma”! Benar-benar terdengar seperti gunung runtuh!
Jangan menilai buku dari sampulnya. Jangan menilai Konspirasi dari penampakan luar para personilnya.
Sesungguhnya dibalik wajah-wajah rupawan itu tersembunyi pemikiran dan cara pandang yang gelap tentang busuknya dunia. Tentang carut marutnya kehidupan kita semua. Dan, tentu saja, energi bermusik yang tidak sudi tunduk pada keterbatasan serta tekanan industri yang tak kenal ampun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H