Mohon tunggu...
Eko Prabowo
Eko Prabowo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

http://wustuk.com\r\n\r\nhttps://soundcloud.com/rakjat-ketjil-music

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"The Raid" (2012)

28 Maret 2012   08:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:22 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1332923369422138419

[caption id="attachment_168827" align="aligncenter" width="300" caption="Foto bareng Andi dan Mad Dog by Bayu Embul"][/caption] Bagi sebagian orang, “The Raid (2012)” barangkali dianggap sebagai film kelas B. Semacam film ecek-ecek, murahan, dan kurang bermutu. Bagi sebagian lainnya, film laga ini bikin mual karena banyaknya darah yang muncrat dari nadi yang putus, derak tulang patah yang seolah tak berkesudahan, dan organ tubuh yang tercecer di lantai. Bagi saya, jelas, ini adalah film keren! Alur cerita dalam film ini? Tidak ada yang istimewa. Dialog-dialognya? Ya, begitu-begitu saja. Aksi laganya? Nah, ini dia! Super kick ass!!! Dengan dana produksi sebesar US $ 1,1 juta, Gareth Evans sukses bekerja sama bersama Iko Uwais dan Yayan Ruhian menciptakan banyak sekali adegan laga yang lugas, artistik, dan tentu saja, mematikan. Selama 101 menit durasinya, nyaris semua adegan dalam “The Raid” diisi oleh aksi laga tangan kosong, bersenjatakan pisau, tongkat, parang, pistol, hingga senapan serbu. Dan semua aksi laga itu, saya ulangi, semuanya, berlangsung cepat, keras, penuh tenaga, dan tanpa ampun. Tidak ada basa-basi seperti dalam kebanyakan film laga keluaran Hollywood. Disini, pertarungan hidup mati berlangsung brutal. Beberapa berjalan cukup panjang karena kekuatan kedua pihak yang mengadu nyawa itu berimbang, sebagian lagi, singkat. Trio Evans-Uwais-Ruhian seperti tak pernah kehabisan ide menata laga. Yang paling mengagumkan, atau lebih tepat disebut membuat jantung copot, adalah pengeroyokan geng berparang terhadap Rama (Iko Uwais), duel Mad Dog (Yayan Ruhian) vs. Jaka (Joe Taslim), serta pertempuran 2 melawan 1 antara Rama-Andi (Doni Alamsyah) vs. Mad Dog. Aksi Rama ketika menghajar belasan orang di lorong apartemen, bermodalkan sebilah pisau tempur, juga enak sekali untuk dinikmati. Dalam adegan itu, ia bergerak sangat cepat, tepat sasaran, dan penuh tenaga. Pembantaian itu terlihat elegan dengan segala ceceran darah, teriakan pilu meregang maut, dan gemeretak tulang patahnya. Sebagai orang Indonesia, saya tidak mungkin lebih gembira lagi dibanding ketika membaca di banyak literatur dan pemberitaan internasional bahwa Gareth Evans dengan penuh percaya diri dan kebanggaan menyatakan bahwa “The Raid (2012)” serta film terdahulunya “Merantau (2009)” menyajikan seni bela diri khas Indonesia yang disebut pencak silat! Setelah Jono, basis Gugun Blues Shelter, kini tampil Gareth Evans. Dua pria asal Inggris Raya ini, dalam kapasitasnya masing-masing, telah mengharumkan nama Indonesia melalui karya seni mereka. Lalu kita, orang Indonesianya, sudah berbuat apa? Bletak!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun