Mohon tunggu...
Eko Prabowo
Eko Prabowo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

http://wustuk.com\r\n\r\nhttps://soundcloud.com/rakjat-ketjil-music

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Joker dan Prof. Moriarty adalah Kita

28 Desember 2011   02:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:40 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_151757" align="aligncenter" width="300" caption="Joker"] [/caption] [caption id="attachment_151759" align="aligncenter" width="300" caption="Prof. Moriarty"][/caption] Joker dan Prof. Moriarty. Keduanya tokoh rekaan. Keduanya jahat dan pintar luar biasa. Keduanya, kita semua suka!

Jika Joker mendeklarasikan diri sebagai Agent of Chaos, sang pencipta kekacauan, perusak segala tatanan sosial dan moral, maka Prof. Moriarty memiliki visi menguasai dunia dengan cara menjadi penyedia sarana penjamin kekuasaan tunggal: teknologi perang paling mutakhir. Pada akhirnya, sama saja. Kehadiran mereka memastikan terciptanya pertumpahan darah dikalangan umat manusia.

Lalu, dengan semua kekejian itu, kenapa kita bisa demikian menyukai keduanya? Apa kita semua sudah gila?

Kita tidak gila, melainkan muak! Ya, muak dengan semua kebaikan kosong yang tersaji setiap hari. Kebaikan yang sekedar bungkus murahan, menutupi kebusukan yang menjijikkan.

Kita muak lihat pemuka agama yang mengenakan busana bagus, bertubuh tambun, memiliki rumah besar, mengendarai mobil cantik keluaran terbaru, berbusa-busa meneriakkan surga dan jalan keselamatan sementara banyak sekali anak dan orang tua terlantar di selokan.

Kita lelah melihat pemimpin negara sibuk bersolek, meneteskan liur saat berapi-api bicara soal wacana perbaikan taraf hidup yang tak pernah menjadi kenyataan, tertawa senang menikmati jilatan kanan kiri, sementara rakyatnya dibunuhi dan diceburkan ke jurang kemiskinan yang tak ketahuan dimana dasarnya, oleh orang-orangnya sendiri.

Kita juga bosan melihat betapa perusahaan-perusahaan multi-nasional memberi sedikit kebaikan, mengiklankannya di media-media raksasa seolah mereka adalah dewa yang baik hati, namun kemudian mengambil jauh lebih banyak, teramat banyak malah, dari tanah negeri ini.

Hingga akhirnya, sadar ataupun tidak, kita mulai tidak terlalu mempercayai kebaikan. Pelan-pelan, kita mulai mengakui, dalam hati, bahwa kebaikan hanyalah topeng. Dia tidak nyata. Kebaikan sama dengan kebohongan. Palsu. Menipu.

Orang berbuat baik karena ada maunya. Ada maksud tersembunyi dibalik semua kebaikan di dunia.

Dan kita semua memendam kerinduan teramat dalam akan hadirnya kejujuran, tak peduli seburuk apapun wujud kejujuran itu...

Maka kemudian kita semua menyambut hadirnya Joker dan Prof. Moriarty di alam khayal kita. Dua sosok yang membuka tabir dengan teramat jujur, bahwa manusia, jauh didalam hatinya, pada dasarnya jahat.

Keduanya menelanjangi kita. Seperti cermin, mereka memantulkan sosok sesungguhnya dari diri kita: buruk, buas, rakus, dan mau menangnya sendiri.

Dalam kepala kita semua, keduanya seolah lantang berteriak: “Dengarkanlah iblismu, kau lahir bersamanya!*”

*petikan lirik dari “Menghitung Mundur” by Navicula

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun