Mohon tunggu...
Eko Prabowo
Eko Prabowo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

http://wustuk.com\r\n\r\nhttps://soundcloud.com/rakjat-ketjil-music

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Musik 2011: Film PJ20 Akan Diputar di Jakarta!

12 September 2011   17:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:01 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_129684" align="aligncenter" width="300" caption="Poster Resmi Film PJ20 di Jakarta 2011"][/caption] Bagi orang Indonesia, nyaris tidak ada hal yang mudah. Mengurus KTP, SIM, surat tanah, cari kerja, sampai nonton konser musik pun bukan perkara gampang. Apalagi gratis!

Bagi bangsa maju, itu tentu saja malapetaka. Tapi, dibalik semua kesusahan itu, tentulah ada hikmahnya. Setidaknya, kita, orang Indonesia, terbiasa bersabar dan berusaha semampunya, bahkan untuk menyelesaikan urusan yang kecil dan sepele sekalipun.

PEARL JAM TWENTY (PJ20), bagi saya dan ribuan fans Pearl Jam (PJ) di negeri ini, jelas bukan hal sepele. Dan untuk menikmati film dokumenter tentang perjalanan karir PJ garapan Cameron Crowe berdurasi 120 menit ini di bioskop di Jakarta, kami harus bekerja 1.000 kali lebih keras dibanding orang-orang Amerika Serikat, Kanada, maupun Brazil!

Dimulai dari tidak masuknya Indonesia sebagai lokasi tayang resmi film PJ20, yang jelas membuat banyak orang kecewa dan frustrasi, Hilman dan Farry, dua orang yang boleh dibilang termasuk sebagai pendiri PJId, bergerak mencari celah.

Pihak pemutar film di Singapura dan Australia dihubungi dan mereka memberi jalan menuju distributor resmi film PJ20. Dari titik itu Farry dan beberapa rekannya di Babi Buta dan Bioskop Merdeka merintis jalan terjal dengan modal nekat: impor sendiri film PJ20 dari London ke Jakarta!

Ya, setidaknya dari informasi resmi yang saya terima, koalisi ini sama sekali tidak punya dana untuk menalangi biaya impor film yang kabarnya sangat mahal itu.

Sejak detik pertama kabar mengenai kepastian film PJ20 akan diputar di Jakarta, 20 September 2011, serentak dengan ratusan lokasi lain di seluruh dunia, PJId berlari. Kencang dan tak kenal lelah, laksana Shadowfax, kuda sakti berwarna putih milik Gandalf The White Wizard dalam legenda The Lord of The Rings.

Venue ditetapkan di Epicentrum XXI, Kuningan, karena disanalah tersedia proyektor yg bisa memutar DCP, tipe data yang dipakai dalam film PJ20. Juga karena kapasitas teater yang besar, bisa menampung hingga 500 kursi.

Dana, tentu saja, dicari dari segala penjuru. Meski, bagaimanapun, perjudian terbesar tetaplah berada di tangan koalisi Farry-Babi Buta-Bioskop Merdeka, mengingat kepala merekalah taruhannya jika nanti dana talangan biaya impor film PJ20 ternyata kurang.

Tiket dijual kepada khalayak umum, tanpa diskriminasi sama sekali. Donasi pun demikian, dibuka untuk siapa saja yang berkemampuan dan bersedia. Beberapa kawan PJId, sejauh yang saya pahami, sudah melakukan ini.

Beberapa kawan memastikan akan terbang dari Kalimantan. Satu rombongan besar berangkat dari Bandung. Dari kabar yang saya tangkap, pemutaran film PJ20 nanti akan menjadi gathering terbesar bagi fans Indonesia sepanjang sejarah. Bahkan mengalahkan hebohnya PJ Nite yang sudah digelar hingga bilangan kelima, dan akan masuk ke bilangan keenam di Bandung, 8 Oktober 2011 mendatang.

Proposal kerja sama beterbangan kesegala arah. Lelang barang koleksi pun dilakoni oleh para kolektor PJId yang terkenal gigih mencari barang-barang terkait PJ yang terbilang langka.

Melepas koleksi yang diperoleh dengan susah payah, dan barangkali dengan jumlah rupiah yang tidak sedikit, saya rasa sama sekali bukan perkara sepele.

Merchandise berupa t-shirt, stiker, dan poster desain resmi dibuat kejar tayang oleh Eits! Production dan dijajakan. Dalam hitungan jam, pesanan mengalir deras. Bukan hal aneh mengingat PJ20 adalah tema besar dalam sejarah rock dunia, dan PJId sendiri terkenal dengan militansinya dalam memberi dukungan dalam bentuk fair trade.

Para musisi yang lama malang-melintang di komunitas ini tak ada yang berpangku tangan. Pada 13 dan 17 September 2011 nanti, mereka akan memberikan waktu dan bakatnya tanpa bayaran sepeser pun dalam konser pre-event yang akan diselenggarakan di Backyard Cafe, Kemang. Untuk menikmatinya, tentu saja ada sejumlah rupiah yang mesti kita keluarkan sebagai HTM.

Semua dana yang terkumpul, tanpa terkecuali, akan dialirkan untuk membantu pembiayaan impor film itu.

Inilah masa ketika keteguhan hati kita diuji. Waktunya bagi persahabatan bernama PJId untuk menempuh jalan yang paling gelap dan menakutkan. Inilah saatnya bagi kita semua untuk berdiri dan berbuat semampunya, bersama menghadapi apapun yang akan dilemparkan masa depan kepada kita.

Jika malam ini adalah malam penghabisan, ketika film PJ20 akhirnya kita tonton bersama di Jakarta, sementara hari esok tak tentu arahnya, lupakanlah semua rasa takut dan teriakkan saja: “Tonite, let’s dine in hell!”

Semua info terkait pemutaran film PJ20 di Jakarta dapat dilihat disini: http://pj20.pearljamindonesia.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun