Mohon tunggu...
Eko Prabowo
Eko Prabowo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

http://wustuk.com\r\n\r\nhttps://soundcloud.com/rakjat-ketjil-music

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Musik 2011: Djaksphere yang Gelap

27 Oktober 2011   06:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:27 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_138226" align="aligncenter" width="300" caption="Poster acara Djaksphere 2011"][/caption] “Sikat John!” demikian vokalis Sir Dandy yang berewokan dan kocak minta ampun itu berseru, menyanyikan sebuah lagu tentang petinju kebanggaan Indonesia, Chris John.

Empat ratusan audiens yang berdiri di bibir panggung JoyLand, di kawasan Tennis Indoor Senayan, Sabtu, 22 Oktober 2011 yang baru saja berlalu, sontak tertawa. Itu, kalau mau tahu, bukanlah tawa pertama mereka. Sejak Sir Dandy naik panggung, audiens sudah berkali-kali terpingkal melihat aksinya yang cuek, menghibur, dan barangkali untuk sebagian orang, keren.

JoyLand, terobosan baru yang merupakan bagian dari pertunjukan musik tahunan bertajuk Djaksphere 2011, memanggungkan banyak musisi berkualitas. Mengambil waktu di sore hari, yang kebetulan mendung berat itu, disana tampil Luky Annash, The Experience Brothers, White Shoes & The Couple Companies, Sir Dandy, dan Dialog Dini Hari (DDH).

Target operasi saya, tentu saja, DDH.

Sari, vokalis White Shoes, tampil centil sejak lagu pertama, lengkap dengan payung berwarna ceria. Barangkali dia mau berkata: “Sedia payung sebelum hujan!”, mengingat langit sore yang semakin lama semakin gelap.

Fans setia mereka, yang tak henti bernyanyi di bibir panggung, sepertinya tidak peduli. Mereka asyik berjoget kecil dan kembali ke era ’70-an. Eh, tunggu dulu! Mereka, bocah-bocah ingusan itu, kan belum lahir di era tersebut?

OK. Barangkali koleksi musik milik orang tua mereka dari era itu cukup banyak terserak di rumah...

Belum habis heran saya, Sir Dandy naik panggung dan mulai melawak. Sama sekali bukan kumpulan musisi yang memainkan instrumennya dengan brilian, namun mereka sangat menyenangkan untuk ditonton. Rasanya mereka bisa cukup berhasil jika scene stand up comedy, yang belakangan ini benar-benar sedang naik daun, membuka diri untuk hadirnya performer berbentuk grup musik.

Menu penutup JoyLand sore itu adalah DDH, kumpulan musisi beraliran blues/folk/ballad yang berasal dari Bali.

Dankie, yang di alam Facebook lebih dikenal sebagai Pohon Tua, memetik gitarnya yang bersuara bening, memimpin Denny sang penabuh drum, Zio si pembetot bas, dan Emanz yang berperan sebagai keyboardis, menyapa mendung Jakarta.

Serangkaian lagu merdu dalam nuansa gembira, dan bahkan kadang terdengar jenaka, mengudara. “Satu Cinta”, “Oksigen”, dan “Hati-hati” adalah beberapa diantaranya.

Meski lembut, rangkaian lagu ini begitu mempesona, sampai-sampai sebagian audiens yang belum mengenal mereka, yang sebelumnya sudah akan beranjak mencari makan malam dan menghindari hujan yang sepertinya akan segera turun, membatalkan niat dan tetap berdiri manis di tempatnya semula. Menikmati DDH nan jenaka.

Ya, salam perkenalan DDH kepada audiens Jakarta, dibawah naungan awan gelap langit Senayan sore itu, rupanya disambut hangat. Barangkali ini akan jadi awal dari petualangan mereka di belantara beton yang keji, yang jauh sekali bedanya dengan keindahan dan kedamaian Bali...

Langit yang gelap, entah bagaimana, rupanya cerminan dari tema musik Djaksphere kali ini.

Endah N Resa, yang malam itu berkolaborasi dengan Margie Segers, yang katanya adalah salah satu vokalis jazz paling awal negeri ini, menjadi satu-satunya warna terang. Duet akustik mereka, yang kemudian diramaikan dengan kehadiran Andika yang juga bermain gitar akustik, berhasil menghadirkan beberapa momen musik yang energik dan layak diingat.

Sejak itu, Djaksphere terjebak dalam nuansa suara yang gelap...

Sarasvati, yang malam itu tampil bersama Keenan Nasution, hadir dengan penampilannya yang menekan. Bisik-bisik diantara penonton, yang beberapa bulan sebelumnya pernah dikagetkan oleh kemunculan sosok-sosok hantu gadungan di tengah konser Sarasvati, dalam perhelatan JRL 2011 di Ancol, berputar liar, berubah-ubah dari rasa khawatir, penasaran, hingga pengharapan.

Karinding Attack, kumpulan musisi yang memainkan alat musik tradisional Sunda, menambah pekat nuansa mencekam malam itu.

Hantu-hantu gadungan itu, tentu saja, tidak jadi muncul dan menyebar serangan jantung ke audiens. Namun demikian, hati kami semua sudah kadung tertekan dan menumpukan harapan pada Pure Saturday, pahlawan indie asal Bandung yang sosoknya kini antara ada dan tiada.

Kecele!

Malam itu Pure Saturday berbagi panggung dengan Yockie SP dan mendadak mengganti namanya menjadi Prog Saturday!

Tak ada loncatan maupun teriakan ceria, yang biasanya memenuhi konser-konser mereka. Cewek-cewek hot seumuran saya (baca: awal 30-an) yang dipastikan adalah fans Pure Saturday, yang sudah mati-matian menyeret pacar-pacar (atau lebih buruk lagi, suami-suami) mereka untuk hadir malam itu, terlihat bingung. Saya berani bertaruh, mereka datang kesini bukan untuk sajian seperti ini.

Pure Saturday? OK! Prog Saturday? Hmm... Tunggu dulu!

Saya sudah lelah dan belum sempat makan malam. Maka The Brandals, menu penutup malam itu, sayup-sayup saja saya dengarkan dari luar gedung konser, sembari makan nasi goreng.

Pada akhirnya, di ujung Djaksphere yang gelap itu, hadir Pelangi. Sinarnya terang dan menyenangkan. Dibawakan sambil melompat gembira, oleh Koes Ploes yang tak mau mati.

Dan kami, semua yang masih bertahan disana, tanpa terkecuali, bernyanyi dan melompat juga. Seolah terbebas dari tekanan suara yang sebelumnya begitu mencekam. Bersama, dalam perasaan lega luar biasa, kami berteriak: “Pelangi engkau pelangi... Sampaikan salamku ini... Kepada kekasih hati... Pada siapa ku berjanji...”

Djaksphere, semoga tahun depan bisa datang lagi...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun