Bagi PJId, pameran komunitas bertajuk ICE 2009 berakhir di tengah rintik hujan kemarin sore, ketika Perfect Ten dengan Nito dan Olitz sebagai gitaris tamu selesai meluluhlantakkan audiens di depan panggung utama. Namun bagi sebagian lost dogs yang baru saja menemukan rumahnya di pameran ini, petualangan baru saja dimulai.
Selamat datang kepada kalian semua. Siapkan diri untuk menceburkan jiwa dan raga dalam perjalanan mewujudkan mimpi yang tak kenal berhenti ini: “Bring Pearl Jam to Indonesia!”
Hari Ke-1
Sabtu, 21 November. Hari masih pagi ketika saya terjebak macet di Taman Ria. Jam tangan murahan saya baru menunjukkan pukul 07:08. Pintu masuk menuju Plaza Timur Senayan, lokasi ICE 2009, mampet karena ada tes CPNS dan wisuda. Jakarta, oh Jakarta, kemana ahlimu yang gagah berkumis itu?
Ega dan Davro sudah di lokasi ketika saya tiba. Menyusul kemudian adalah Ipab dan Awang. Farry datang belakangan dengan tivi-nya.
Satu per satu komponen booth PJId tersusun. Koleksi cd, dvd, dan buku dipajang di meja utama. Poster disandarkan di tiang booth dan kaki meja, sementara baju digantung di langit-langit serta rak display. Banner besar bergambar logo PJId disematkan di dinding. Semua dimasukkan kedalam booth berukuran 3x3 meter. Bukan booth yang paling bagus, memang. Juga bukan yang paling menarik. Tapi jelas, sama sekali tidak mengecewakan, apalagi memalukan.
PJId mendapat lokasi di zona musik bersama komunitas Koes Ploes, The Beatles, Young Offender, Black Hole, Solucite, I-Rock, Guitar Forum, Dream Theatre, Pecinta Musik Indonesia, dan D’Massiver.
ICE 2009 sendiri, yang diprakarsai oleh Universitas Prasetiya Mulya, diikuti oleh 150 komunitas. Mulai dari perkumpulan pecinta bis hingga rombongan emak-emak hobi memasak. Penggemar sepak bola hingga gerombolan tukang lompat jendela seperti dalam film Yamakazi. Kelompok pengendara motor hingga sepeda onthel. Pengamat lingkungan sampai pengamat UFO. Penggemar kostum tentara Jerman sampai kostum tokoh kartun Jepang. Dan masih banyak lagi. Yang tidak ada hanya perkumpulan pendonlot Miyabi saja!
Jadual pertama bagi PJId pagi itu adalah upacara pembukaan. Dan setelah lima belas tahun tanpa upacara, rasanya upacara kali ini berlangsung sangat lama! Panas mentari menambah keluh-kesah saya dan Davro.
Untung disebelah saya berdiri seorang anggota Young Offender lengkap dengan bendera, topeng berduri, dan gelang tangan selengan penuh. Jadilah dia saya interogasi mengenai punk dan gerakannya di Jakarta. Dengan berapi-api dia menjelaskan. Sayang, keterbatasan pemahaman saya menyebabkan sebagian besar penjelasannya tidak saya mengerti sama sekali.
Selanjutnya pertandingan futsal melawan Jak On-Line, komunitas on-line penggemar Persija.
Terlepas dari kualitas tim yang diturunkan oleh mereka, tanpa terduga PJId mampu memetik kemenangan dengan skor 3-0! Jadilah uang saya melayang untuk membayari semua anggota tim futsal PJId es duren buatan Denny, sebagaimana janji saya jika mereka mampu memenangkan pertandingan yang mustahil ini. Damn!