Mohon tunggu...
Eko Prabowo
Eko Prabowo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

http://wustuk.com\r\n\r\nhttps://soundcloud.com/rakjat-ketjil-music

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Musik 2010: Slash!

30 April 2011   19:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:13 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

“Yeah... here comes the water... it comes to slash away the thirst of you and I...”

Menjadi pereda dahaga bagi 4.000-an orang penggemarnya, malam itu terpampanglah disana, di tumpukan empat ampli yang tertata rapi, bayangan dari masa lalu yang sudah dua dekade dinanti. Bayangan dari gitaris legendaris berambut keriwil dengan topi pesulap, yang terduduk dan asyik mencumbu gitarnya. Bayangan dari gitaris rock kedua terbaik versi majalah Time, tentu saja setelah Hendrix, yang kian hari kian bersih. Slash!

Sementara tubuh jangkungnya tak banyak bergerak, jemarinya berlari seperti setan. Memetik, menyayat, dan mencabik. Mengirim semua yang terperangkap dalam istana waktu Istora malam itu ke kegembiraan luar biasa. Kedalam perayaan liarnya masa remaja yang sungguh memabukkan.

Tentu saja tidak ada si rambut merah pembuat onar di panggung. Tidak ada si seksi bersuara tinggi yang tak pernah malu menunjukkan ukuran kemaluannya itu. Tidak ada sosok liar, yang diam-diam ternyata saya rindukan kehadirannya diantara gairah Rocket Queen, dalam romantisme Sweet Child O’ Mine, dan kegembiraan Paradise City.

Namun itu tak jadi masalah. Miles Kennedy, yang gayanya terhitung culun untuk ukuran vokalis rock kelas dunia, menunjukkan bahwa musik rock bukan melulu soal sensasi dan besarnya kemaluan. Bersama Slash, yang sepertinya memang kini 100% fokus pada musik, tidak lagi pada kehidupan liar rockstar yang sensasional, dia menyuguhkan satu kenangan tak terlupakan kepada kami semua: Starlight!

Menjadi lagu ke-12 yang dibawakan malam itu, Starlight tanpa ampun menjadi yang terbaik di Istora.

Sebuah balada rock yang megah, lengkap dengan jeritan mencekik leher dan sayatan gitar yang mengharu-biru. Disempurnakan cahaya ratusan lighter di tangan audiens yang menembus gelap dan pengapnya udara Istora, jadilah Starlight menetes kedalam hati. Menjadi cahaya terang yang akan selalu dikenang.

Malam itu Istora boleh saja terbakar oleh kenangan masa remaja yang mengudara bersama Paradise City. Namun masa depan gerombolan si cambuk api ini sesungguhnya terletak di kerongkongan Miles Kennedy. Starlight dan Back from Cali, siapa tak suka?

Materi lama ataupun baru, Slash adalah raja. Ribuan audiens malam itu sukses dikirimnya ke surga. Dan dia, dengan segala keceriaannya di akhir pertunjukan, pasti menyadari keberhasilannya itu.

Maka tak heran jika kiranya dia bernyanyi dalam hati, ketika berjalan kebalik panggung, sembari mengusap bibir tebalnya yang tak lagi dihiasi batang rokok andalan, “Here I am... in your fucking town, oh yeah... I might be a little old, but Honey, I ain’t dead yet...”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun