Mohon tunggu...
febe wuryan
febe wuryan Mohon Tunggu... Buruh - cah sala

memberi rasa dan warna

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Mengajak Anak di Keramaian

1 Agustus 2016   10:57 Diperbarui: 1 Agustus 2016   11:41 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Mengajak anak ke luar rumah tentu menyenangkan. Anak-anak bisa belajar banyak hal, selain bersosialisasi dengan anak-anak lain, mereka bisa mengenal lingkungan dengan lebih baik. Mengajak anak ke taman memudahkan orang tua mengajari pentingnya menjaga lingkungan karena anak bisa merasakan sendiri keteduhan dan segarnya udara di bawah pepohonan. Bila mengajak jalan di car free day anak-anak bisa bermain, jalan-jalan, dan berlarian, menolong anak mengembangkan kemampuan psiko motoriknya; selain itu kita bisa mengajari anak-anak menggunakan alat transportasi dengan bijak sehingga mengurangi polusi dan kebisingan.

Setiap anak memiliki gaya atau perilaku berlainan satu dengan yang lain. Ada yang tenang, selalu menggandeng orang tuanya, penurut, yang pasti serba manis dan orang tua tidak perlu kuatir mengajak anak yang demikian untuk keluar rumah. Namun, ada sebagian anak yang lain yang serba ingin tahu, kadang-kadang seperti tak terkendali,  gerakannya cepat, dan bila orang tua lengah sedikit saja bisa segera terpisah, susah nangkepnya. Anak yang aktif bisa jadi lepas dari perhatian orang tua atau pengasuhnya saat berada di luar rumah. Bila itu terjadi di keramaian akan lebih menyulitkan lagi pada orang yang mengajaknya.

Beberapa waktu lalu saya dan anak saya yang baru berusia 7 tahun mendapati anak kecil, mungkin usia 4 – 5 tahun yang menangis. Anak itu mencari-cari ibunya, ia terpisah dengan ibunya. Saya sempat menenangkan, menanyakan tentang ibunya, tetapi tidak mendapatkan informasi apapun karena anak terus menangis, bahkan saya bujuk dengan balon dan es krim pun tidak mau. Waktu anak tersebut saya ajak mencari ibunya, atau minta bantuan, anak itu tidak mau beranjak, terus saja menangis. Setelah kira-kira dua puluh menit baru kami bertemu ibunya, ibu itu sendiri yang menghampiri kami, kelihatan masih ada tanda kecemasan.

“Ibu ko anaknya ditinggal?” reaksi pertama anak saya.

“Bukan ditinggal, anaknya lari, ibu sudah cari-cari bau ketemu,” jawab ibu itu antara cemas dan marah.

“Eh, besok lagi, janjian sama mama kamu, kalau pisah, ketemunya di mana. Kalau nggak ketemu, jangan nangis, cari orang yang pakai baju polisi atau satpam nanti dibantu,” anakku menjelaskan pada anak kecil yang mulai tenang itu.

“Terima  kasih ya, dik. Terima kasih juga Bu,” ibu dan anak  itu terus pergi. Anakku belajar dari pengalamannya setiap kali saya mengajak di keramaian. Kebetulan saya dianugerahi dua anak laki-laki yang keduanya sangat aktif, sangat besar keingintahuannya. Anak pertama selain aktif juga mudah bergaul, mudah kenal dengan banyak orang, dan gampang ikut dengan siapa saja, maka perlu ekstra hati-hati. Ada beberapa kali anak saya terpisah, tetapi sudah kami antisipasi sebelumnya.

Anak-anak yang aktif dan tidak selalu mau nempel pada orang tuanya bisa kita beritahu beberapa hal berikut:

  • Ajari anak mengingat namanya, nama orang tua, atau orang yang sedang mengajaknya keluar rumah.
  • Ajari anak tetap tenang saat terpisah, dan buat janjian lebih dulu akan menunggu di mana jika terpisah. Bila kami berada di tempat perbelanjaan biasa kami janjian di kasir, di pintu masuk, atau kadang di tempat parkir, bergantung pada besar kecilnya tempat.
  • Ajari anak mencari pertolongan bila sedang bingung, kepada siapa bisa minta pertolongan bisa diberitahukan lebih dulu, misalnya bila di toko dengan pramuniaga, di mall dengan satpam, di jalan atau pameran dengan polisi dan sebagainya. Atau minta anak ke tempat informasi.
  • Beritahu anak agar tidak mau diajak siapapun yang belum dikenal kecuali minta pertolongan pada orang-orang yang sudah kita pesan sebelumnya.

Selain beberapa pesan pada anak, kita bisa mengantisipasi kalau-kalau anak kebingungan, menangis, dan takut. Orang tua bisa memberikan pada anak identitas, nama anak, nama orang tua, dan nomor telepon yang bisa dihubungi. Identitas tersebut bisa dimasukkan dalam saku pakaiannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun