Mohon tunggu...
Wuri Mulyasari
Wuri Mulyasari Mohon Tunggu... Guru - Guru PAI di SD Negeri 26 Sungailiat

Wuri mulyasari

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Fashion Busana Daur Ulang Bukan Solusi Menyelamatkan Lingkungan

3 Juli 2023   06:20 Diperbarui: 3 Juli 2023   06:56 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: https://bp-guide.id/AXAAFU9l

Memasuki bulan Juli dan bulan depan kita akan bertemu bulan Agustus. Pastinya bulan Juli warga warga sekolah akan memikirkan konsep karnaval yang akan ditampilkan saat defile di depan penonton sepanjang rute karnaval dan puncaknya memperagakan karya seni di  depan panggung penghormatan yang disaksikan oleh para pejabat daerah.

Sebagai penonton karnaval yang tidak pernah absen tiap tahunnya , ada satu ide kreasi yang hampir tiap tahun digunakan oleh warga sekolah, apa itu? Yup itu dia, Fashion Show baju kreasi dari limbah plastik. Ide yang bagus dan terlihat solutif mengingat sampah plastik adalah sumber permasalahan kerusakan lingkungan terberat yang dimiliki bumi.

Tapi coba lihat benar-benar dengan sangat jelas kalau perlu mata sampai melotot dan dahi ikut mengkerut . Apakah limbah plastik yang digunakan dalam pembuatan bajunya benar-benar mengumpulkan sampah plastik yang tidak terpakai atau  mendapatkan sampah plastiknya dengan cara membeli produk yang sama sebanyak mungkin?. Nah jadi ngajak ikutan su'udzon kan akhirnya .

Baiklah untuk memperkuat su'udzon saya ini maka akan saya jelaskan sedikit mengenai dunia perkoleksian sampah plastik. Sebagai manusia yang hobi ngumpulin sampah plastik mudah sekali bagi saya  membedakan sampah plastik yang telah dipakai dan belum dipakai. 

Agar lebih mudah untuk menggambarkan sampah plastik seperti apa yang saya maksud dalam pembahasan ini adalah sampah plastik belanja atau kantong kresek yang biasa kita sebut. Ada beberapa ciri plastik belanja bekas yang bisa kita amati:

1. Terlihat lecek atau mengalami deformasi karena sudah digunakan.

2. Mungkin terdapat noda atau bekas makanan/minuman yang menempel.

3. Memiliki lipatan atau kerutan karena telah dilipat sebelumnya.

4. Terdapat tanda-tanda penggunaan seperti goresan, sobekan, atau lubang kecil.

5. Kemungkinan memiliki bau atau aroma yang tidak sedap karena kontaminasi bahan makanan atau bahan kimia.

Sedangkan ciri plastik belanja yang masih baru adalah:

1. Terlihat bersih, rapi, dan tidak mengalami deformasi.

2. Tidak ada noda atau bekas makanan/minuman yang menempel.

3. Tidak memiliki lipatan atau kerutan karena belum dilipat.

4. Tidak ada tanda-tanda penggunaan seperti goresan, sobekan, atau lubang kecil.

5. Tidak memiliki bau atau aroma yang tidak sedap.

Dari perbandingan diatas saya akan bahas poin 1- 4 saja karena saat saya menonton saya tidak sebegitu keponya seperti Sherlock Holmes dengan mengendus-ngendus bau dari baju yang dipakai para model . 

Jika dilihat dengan seksama atau sesekali kalau lagi rebahan coba buka youtube dan nonton proses para desainer baju daur ulang plastik belanja membuat bajunya. 

Maka akan kalian dapati bentuk material plasti belanja yang terlihat rapi, memiliki lipatan yang sama, kalaupun ada lipatannya sangat rapi sekali terlihat, sangat berbeda sekali dengan plastik belanja yang biasa kita kumpulkan di rumah. 

Kantong plastik belanja yang sudah kusut biasanya sulit untuk dikembalikan ke bentuk awalnya seperti baru. Plastik yang mengalami deformasi permanen cenderung mempertahankan bentuk baru yang terbentuk saat kusut. 

Meskipun mungkin ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk merapikan kantong plastik, hasilnya mungkin tidak sepenuhnya mengembalikan ke rapi seperti kondisi awal. 

Meskipun ada beberapa langkah yang bisa digunakan untuk merapikannya kembali seperti menyiramnya dengan air panas, menggunakan hair dryer atau menyetrikanya dengan suhu rendah, tetapi usaha tersebut tidak akan mengembalikannya rapi seperti semula.

Bukan maksud saya untuk mengecilkan semangat siswa dalam berkreasi dan menghasilkan karya seni tetapi sangat disayangkan sekali ide yang seharusnya mengurangi sampah plastik malah menambah sampah baru di bumi. 

Kenapa saya sebut seperti itu karena saya sangat yakin setelah karnaval baju-baju tersebut tidak akan ada yang memakainya. Saya juga tidak yakin akan ada yang terinspirasi membuat kembali baju-baju tersebut untuk dipakai ke acara seperti kondangan atau ke pesta ulang tahun apalagi dipakai untuk kegiatan sehari-hari mengingat plastik bukan bahan yang menyerap keringat. Tapi mungkin saja ada yang mau menggunakannya untuk olahraga supaya bisa lebih cepat mengeluarkan keringat.

Baiklah su'udzonnya saya akhiri dulu dan kita fokus saja pada solusi yang bisa sekolah lakukan dalam rangka kampanye meminimalisir sampah plastik baik di sekolah maupun dirumah. 

Sekolah dapat mensosialisasikan penggunaan kembali plastik belanja bekas saat akan belanja ke pasar atau minimarket. Selanjutnya sekolah dapat mengkampanyekan cara membuat dan manfaat ecobrick dalam mengurangi limbah plastik. 

Saya rasa dua hal itu cukup sebagai langkah awal dalam mengurangi limbah plastik. Membuat ecobrick sangat mudah dan paling sederhana dalam mengelola sampah plastik. 

Membuat ecobrick tidak membutuhkan banyak alat dan usaha. Tutorial cara membuat ecobrick pun banyak sekali bisa kita pelajari dari google, youtube bahkan AI sekalipun. 

Ada beberapa alasan mengapa mengolah sampah plastik menjadi ecobrick merupakan langkah awal yang sangat penting dilakukan oleh sekolah:

Pertama, Kesadaran Lingkungan: Kampanye bebas plastik dan penggunaan ecobrick di sekolah dapat meningkatkan kesadaran siswa tentang dampak negatif sampah plastik terhadap lingkungan. Mereka akan lebih memahami betapa pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.

Kedua, Pendidikan Lingkungan: Aktivitas seperti membuat ecobrick melibatkan siswa dalam proses pengolahan sampah dan mengajarkan mereka tentang pengurangan, daur ulang, dan pengelolaan sampah. Hal ini dapat membantu meningkatkan pemahaman mereka tentang pentingnya menjaga kebersihan dan keberlanjutan lingkungan.

Ketiga, Wujud Aksi Nyata dan Tanggung Jawab: Kampanye bebas plastik dan penggunaan ecobrick memberikan peluang bagi siswa untuk terlibat dalam aksi nyata dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Mereka dapat merasakan bahwa tindakan mereka memiliki dampak positif yang dapat membantu mengurangi jumlah sampah plastik dan menghancurkan ecobrick yang berbahaya.

Keempat, Kolaborasi dan Keterlibatan Komunitas Sekolah: Aktivitas semacam ini dapat mendorong kolaborasi dan keterlibatan seluruh komunitas sekolah, termasuk siswa, guru, staf, dan orang tua. Semua pihak dapat berpartisipasi dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan mendukung penggunaan ecobrick dengan membagikan pengetahuan dan pengalaman mereka.

Kelima, Perubahan Perilaku: Dengan kampanye dan kegiatan terkait bebas plastik dan ecobrick, diharapkan siswa dan komunitas sekolah secara bertahap mengubah perilaku mereka dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan mengelola sampah dengan lebih bijaksana. Hal ini dapat menciptakan kebiasaan yang berkelanjutan dalam hidup sehari-hari.

Melalui kampanye bebas plastik dan penggunaan ecobrick, sekolah dapat menjadi agen perubahan dalam mempromosikan kesadaran lingkungan dan mengajarkan siswa tentang pentingnya bertanggung jawab terhadap bumi yang sangat kita cintai ini. 

Dan terakhir yang perlu diingat bahwa bumi yang kita diami saat ini adalah titipan anak cucu kita maka penting bagi kita untuk menjaganya agar tidak rusak dan tercemar. Selamat Hari Bebas Kantong Plastik Sedunia.

Sumber: Ilustrasi Pribadi Penulis
Sumber: Ilustrasi Pribadi Penulis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun