Konflik Rusia Ukraina menyedot perhatian dunia. Tak hanya Amerika Serikat dan NATO, namun seluruh dunia tersedot perhatiannya kesana. Soal perang, selalu saja berdampak global. Setidaknya itulah catatan yang bisa kita pahami dari peristiwa perang antar negara.Â
Dampak global itu tak hanya soal ekonomi, namun juga politik, sosial dan budaya. Korban perang sudah pasti akan dialami kedua negara yang berperang, dan juga setiap perang akan melibatkan banyak negara, baik langsung maupun tak tak langsung. Baik yang simpati ataupun yang antipati.Â
Kadar keterlibatannya pun bahkan sulit diukur. Dari terlibat langsung memberikan bantuan senjata, mengirimkan tentara misi perdamaian, bantuan medis sampai yang sekedar menyampaikan kecaman atau bahkan himbauan.Â
Nah, soal konflik Rusia Ukraina, Amerika Serikat adalah salah satu negara luar yang paling berkepentingan baik secara langsung ataupun tak langsung.Â
Saya tidak perlu mengulas atau menguraikan lagi apa kepentingan Amerika Serikat dalam perang Rusia Ukraina itu. Terlalu njlimet untuk tulisan hiburan ini. Lagian, saya juga awam alias tidak paham. Dan pasti sudah banyak diulas oleh ahlinya.Â
Yang saya tahu sejak kecil, setiap berita tentang perang terjadi, Amerika Serikat (AS) selalu disebut, selalu terlibat. Mungkin karena AS sebagai negara super power.Â
Satu-satunya negara adi kuasa sejak runtuhnya Uni Soviet, lepas soal kebangkitan dan semakin berjayanya Negara China yang dianggap menyaingi Amerika atau bahkan sama kedudukannya dengan Amerika saat ini.Â
Amerika Serikat atau USA selalu ada dalam setiap peristiwa perang antar negara. Baik sebagai mediator bahkan mungkin sponsor. Amerika Serikat sejak dulu dikenal sebagai negara nomor wahid dari sisi kekuatan militernya, termasuk di dalamnya alat utama sistem persenjataannya (alutsista).Â
Jangan lupa dalam setiap peristiwa konflik atau perang antar negara, Amerika selalu mengklaim diri atau bahkan dianggap selalu tampil sebagai negara yang dapat menguasai kondisi perang itu.Â
Menguasai dalam hal ini dimaksud, menentukan kemana perang itu berakhir, menghentikan dan bahkan membela atau berpihak ke salah satu negara, yakni negara yang dianggap lemah dalam peristiwa perang tertentu.Â