Saat kita kuliah dulu, pasti kita sering mendengar senior-senior kita dalam setiap kesempatan melakukan doktrin kepada yuniornya bahwa mahasiswa adalah salah satu agen perubahan (agent of change).Â
Istilah agen perubahan sebenarnya bukan hanya doktrin belaka, namun publik pada umumnya memang memberikan label bahwa mahasiswa adalah agen perubahan.Â
Label seperti itu, bagi saya yang bermahasiswa di masa pergerakan dan perjuangan reformasi memang membangkitkan spirit untuk melakukan banyak aktivitas di kampus.Â
Meski demikian, saat itu saya merasa tak memiliki minat untuk terjun di dunia mahasiswa sesungguhnya. Saya cukup puas hanya aktif di lembaga intra jurusan arkeologi, yakni Keluarga Mahasiswa Arkeologi - KAISAR) Universitas Hasanuddin (Unhas).
Dalam beberapa kesempatan sebenarnya banyak tawaran para senior untuk aktif di beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang konsen di bidang tertentu.Â
Seingat saya ada UKM Korps Pecinta Alam (Korpala) Unhas, UKM Jurnalistik Identitas, Komunitas Sastra dan Teater (Kosaster) dan masih banyak lagi, bahkan saya lupa untuk menyebutkan semuanya.Â
Namun entah mengapa waktu itu saya tidak begitu minat. Meskipun tidak minat untuk aktif di UKM Kampus, tapi pada beberapa kesempatan, saya menyempatkan diri mengikuti atau setidaknya melihat kegiatan beberapa UKM Kampus itu.
Di kampus, melalui berbagai instrumen kegiatan atau program ekstrakurikuler mahasiswa sebenarnya seperti kawah candradimuka bagi mahasiswa.Â
Ruang belajar yang luas dan ruang untuk membangun karakter, kepribadian atau jati diri mahasiswa. Eksistensi mahasiswa dibentuk di kampus hingga keluar dan berhadapan dengan dunia nyata (baca: dunia kerja). Salah satunya adalah melalui UKM Kampus.Â
Kalau mau didaftar satu per satu, banyak senior maupun teman angkatan saya saat ber-mahasiswa, saat kini sudah menjadi 'orang'. Ada yang aktif  di partai politik tertentu maupun yang sudah menjadi anggota legislatif.Â